Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diskusi Arkeologi, dari Arca Megalitik hingga Prasasti Pendek

23 Maret 2018   10:47 Diperbarui: 23 Maret 2018   10:56 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca megalitik dari Pasemah (Foto: IAAI komda Jabodetabek)

St. Prabawa Dwi Putranto memaparkan "Model Manajemen Sumber Daya Budaya Bawah Air Terintegrasi di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah".  Menurut Prabawa, kontak budaya dan sejarah yang panjang banyak meninggalkan warisan budaya, yang sebagian besar terpendam di dalam tanah dan tenggelam di dasar laut. Warisan budaya bawah air di perairan Kepulauan Karimunjawa menjadi kajian Prabawa.

Saat ini, menurut Prabawa, upaya perlindungan terhadap Kawasan Karimunjawa dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa. Akan tetapi pelestarian terhadap sumber daya budaya bawah air Karimunjawa belum dilakukan secara menyeluruh. Untuk itu Prabawa mengusulkan sebuah model manajemen yang terintegrasi yang dilakukan secara bersama untuk pelestarian sumber daya alam dan budaya.

"Tujuan dari bentuk pengelolaan ini adalah untuk meminimalisasi perbedaan kepentingan yang sering terjadi dalam upaya pelestarian," katanya.

Peta Karimunjawa (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Peta Karimunjawa (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Prasasti pendek

Andriyati Rahayu meneliti tentang "Kehidupan Kaum Agamawan Masa Majapahit Akhir: Tinjauan Epigrafis".  Penelitian itu dilatarbelakangi ditemukannya prasasti-prasasti pendek dengan angka tahun dari situs Pasrujambe dan Sukuh. Prasasti-prasasti pendek itu memiliki karakter yang berbeda dari prasasti masa Majapahit pada umumnya.

Prasasti-prasasti pendek itu tidak mempunyai struktur lengkap seperti layaknya prasasti sima dan isinya bukan merupakan maklumat raja melainkan nama dewa, nama tempat, tokoh, nasihat keagamaan, dan peristiwa.

Menurut Andriyati, prasasti-prasasti pendek itu dihasilkan oleh kaum agamawan yang hidup di tempat-tempat sunyi. Dinyatakan lagi, ada suatu komunitas keagamaan di Pasrujambe yang menganut agama Shiva Pasupata. Sementara dari prasasti Sukuh diketahui bahwa kaum agamawan harus melalui upacara penahbisan.

Prasasti pendek Pasrujambe VI (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Prasasti pendek Pasrujambe VI (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Lanskap pertanian

Kalau keempat pemateri di atas berpendidikan arkeologi, Taqyuddin beda sendiri. Ia berpendidikan S-1 Geografi. Disertasi arkeologinya berjudul "Rekonstruksi Lanskap Arkeologi Pertanian Masa Jawa Kuno  (Abad VIII-XI)". Taqyuddin mendasarkan penelitian tersebut pada isi prasasti, lokasi candi, dan relief candi. Ternyata penelitian tersebut berhasil menunjukkan keahlian lokal masyarakat Jawa kuno.

Menurut Taqyuddin, analisis arkeologi dan analisis keruangan dapat menunjukkan bahwa berbagai jenis pangan, tradisi pangan, jenis pengolahan tanah, pengolahan bahan pangan, profesi, dan pejabat terkait dengan pengelolaan tanah, teknologi atau alat yang disebutkan untuk mendukung budaya pertanian masa lalu.

Situs Liyangan (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Situs Liyangan (Foto: IAAI komda Jabodetabek)
Banyak tanya jawab dalam diskusi tersebut. Terutama karena dihadiri beberapa anggota IAAI senior, seperti Prof. Edi Sedyawati, Prof. Hariani Santiko, Dr. Ratnaesih, dan Nunus Supardi. Para anggota yang hadir berdatangan dari sejumlah instansi. Jelas, disertasi arkeologi bukan cuma milik arkeolog. Ada geograf ikut memperkaya penelitian arkeologi. Direncanakan setelah diskusi ini IAAI komda Jabodetabek menyelenggarakan Diskusi Ilmiah Arkeologi (DIA).***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun