Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Naskah Kuno Nusantara Diolah dalam Bentuk Digital oleh Peneliti Eropa

25 Januari 2018   15:47 Diperbarui: 26 Januari 2018   10:33 2917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof. Jan van der Putten dalam pengantar seminar (Foto: Perpustakaan Nasional)

Seminar tentang diskusi ini dipandu oleh Aditia Gunawan, seorang filolog Sunda dari Perpustakaan Nasional.

Peluncuran Program Dreamsea (Foto: Perpustakaan Nasional)
Peluncuran Program Dreamsea (Foto: Perpustakaan Nasional)
Dreamsea

Sebelum ketiga narasumber tersebut berbicara, tampil pembicara kunci  Profesor Jan van der Putten dari CSMC. Menurut dia,  kalau kita membuat pendigitalan naskah, kita tidak hanya alih media tapi juga alih fungsi. Soalnya,  yang didigitalkan adalah konten naskah sementara naskah asli tetap dipegang masyarakat pemilik. Jadi, makna sakral naskah beralih fungsi ketika dialihmediakan menjadi bahan digital yang berikutnya menjadi sumber penelitian.

"Keberadaan naskah kuno menjadi sumber identitas suatu kebudayaan. Bila naskah itu hancur atau musnah, maka musnah pula sebuah sumber identitas budaya," kata Putten. 

Program Dreamsea, singkatan dari Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia, dilatarbelakangi potensi keberadaan manuskrip-manuskrip  yang masih berada di tangan masyarakat terhitung lebih besar dibandingkan dengan manuskrip-manuksrip yang disimpan di berbagai lembaga. Apalagi hal ini belum diimbangi dengan wawasan para pemilik manuskrip mengenai tata cara perawatan manuskrip. Pendigitalan merupakan upaya penyelamatan manuskrip agar bisa digunakan untuk riset-riset ilmiah.

Selain Putten, Dreamsea dipelopori Prof. Dr. Oman Fathurahman dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Dreamsea akan berlangsung hingga 2022. Pendukung program ini adalah Arcadia, lembaga donor yang berbasis di London.

Program Dreamsea untuk perawatan dan pelestarian manuskrip tidak hanya untuk Indonesia, tetapi mencakup Asia Tenggara. Target Dreamsea menghasilkan paling kurang 240.000 gambar manuskrip digital. Tujuan lain menjadikan manuskrip-manuskrip tersebut mudah diakses untuk keperluan yang lebih luas.

Kita ibarat 'kecolongan' lagi. Mengapa kita tidak peduli terhadap kekayaan budaya kita sendiri. Justru lembaga dan peneliti Eropa yang antusias membantu kita. Beginikah dunia riset kita?***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun