Air itu mengalir begitu deras, lalu menyebar ke berbagai penjuru. Museum Kars Indonesia turut dimasuki. Maklum, lantai dasar (lantai 1) museum itu terletak agak rendah. Para karyawan museum, tidak mampu menyelamatkan koleksi karena air datang begitu cepat dan mendadak. Begitulah gambaran yang saya peroleh dari tayangan youtube.
Air bah melanda Museum Kars Indonesia pada 28 November 2017 lalu akibat siklon tropis Cempaka. Ketinggian banjir di dalam museum mencapai 1,5 meter. Akibat banjir, Â banyak koleksi museum rusak sehingga memerlukan penanganan khusus. Beruntung, beberapa karyawan museum menyelamatkan diri ke lantai 2.
Kasus di Museum Kars Indonesia yang terletak di Wonogiri ini merupakan pelajaran berharga buat pengelola dan penyelenggara museum. Kedatangan bencana sukar diduga. Besar kecilnya dampak bencana juga kita tidak tahu. Untuk itu tentu perlu kesiapan peralatan keselamatan dan keamanan bangunan. Bahkan dana taktis atau apapun sebutannya untuk jaga-jaga terhadap keselamatan koleksi.
Yang saya ingat, Museum Kars Indonesia berada di bawah manajemen Museum Geologi dan Badan Geologi. Atau di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Semoga ada perhatian dari institusi induk. Saya harapkan juga ada bantuan dari museum-museum lain sebagai solidaritas.
Museum Kars Indonesia diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Juni 2009. Tahun 2013 saya pernah mengunjungi museum itu.
Museum Kars Indonesia disebut-sebut sebagai museum terbesar dan terunik di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Kars (karst) merupakan istilah dari bahasa Yugoslavia yang merujuk pada wilayah yang terdiri atas batuan yang mudah larut, seperti batu gamping.
Kawasan Museum Kars Indonesia memiliki luas 24,60 hektar. Sungguh luar biasa dibandingkan kebanyakan museum. Kawasan itu dikelilingi beberapa situs gua dan luweng untuk wisata umum. Beberapa nama yang saya ingat adalah Gua Tembus, Gua Gilap, Gua Potro-Bunder, Gua Mrica, dan Gua Sonya Ruri. Untuk wisata petualangan, yang digunakan adalah Gua Sodong dan Gua Luweng Sapen.
Bangunan museum terlihat anggun. Di dalamnya terdapat lobi, ruang peraga, dan ruang serba guna. Ruang peraga terdapat di lantai dasar (lantai 1) dan lantai 2. Ruang serba guna bisa difungsikan sebagai ruang pemutaran film/teater atau ruang auditorium.
Ruang peraga lantai 2 bertema "Kars untuk Ilmu Pengetahuan" menampilkan panel poster dan sejumlah koleksi. Panel-panel itu menjelaskan tentang sebaran dan bentuk kars di dunia, proses terjadinya batu gamping, proses terjadinya topografi kars, mineral pembentuk batu gamping (kalsit dan dolomit), serta tipe dan sebaran kars di Indonesia.
Ruang peraga lantai dasar (lantai 1) bertema "Kars untuk Kehidupan". Pada ruang itu  juga dipajang panel poster dan sejumlah koleksi. Materinya tentang konservasi dan pengelolaan kawasan kars, aneka ragam nilai kawasan kars, kondisi sosial budaya masa lalu dan masa kini, keragaman flora dan fauna di kawasan kars, serta air dan tanah di kawasan kars.
Ruang teratas lantai 3 berupa ruang serbaguna. Bisanya ruang ini digunakan sebagai ruangan rapat, presentasi, dan pemutaran film.
Museum Kars Indonesia terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Tahun 2013 lalu saya menggunakan kendaraan sewa. Ketika itu masih sulit kendaraan umum. Semoga semakin tahun, pemerintah setempat menyediakan sarana untuk kebutuhan pengunjung.
Museum Kars Indonesia buka Senin---Kamis pukul 08.30---15.30 WIB. Begitu juga  Sabtu---Minggu. Berbeda dengan umumnya museum, pada hari libur nasional dan Jumat, Museum Kars Indonesia tutup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H