Cukup lama mencari lokasi Museum Mpu Purwa di Kota Malang. Maklum saya dan teman datang dari Jakarta. Namun akhirnya ketemu juga. Ada papan petunjuk kecil di pinggir jalan. Setelah memasuki jalan sekitar seratus meter, ada lagi papan petunjuk.
Museum Mpu Purwa rupanya menempati lahan bekas gedung sekolah. Arealnya cukup luas, meskipun terletak di kompleks Perumahan Griya Shanta. Museum berdiri pada 2013, sebelumnya bernama Balai Penyelamatan Benda Purbakala Mpu Purwa.
Mpu Purwa pernah berperan dalam awal berdirinya Kerajaan Singhasari. Ia disebutkan sebagai seorang pendeta Buddha aliran Mahayana yang menurut kitab Pararaton sebagai ayah dari Ken Dedes. Karena itulah nama Mpu Purwa diabadikan sebagai nama museum.
Saat ini museum sudah bisa dimasuki pengunjung. Namun bagian halaman termasuk taman masih dalam tahap penataan. Ketika saya datang, ada batu berukir yang cukup besar di halaman, berusaha dipindahkan dengan alat seadanya.
Memasuki museum, kita akan disambut arca Brahma berukuran besar. Arca Brahma mudah dikenali karena memiliki empat wajah. Dari keempat wajah, hanya satu wajah terlihat utuh. Dalam agama Hindu, Brahma adalah dewa pencipta alam semesta. Â
Lebih ke dalam ada beberapa benda batu, umumnya berupa arca dan prasasti. Menyedihkan, saya lihat ada arca Ganesha besar dalam kondisi tidak utuh. Pada bagian atas ada tanda-tanda bekas pemotongan. Jelas sengaja dirusak karena pangkasannya relatif rata. Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan berujud gajah.
Di belakang wajah Ganesha ternyata ada tulisan kuno tersusun dalam beberapa baris. Prasasti, begitulah sebutan oleh arkeolog. Bagian atas prasasti itu pun jadinya ikut terpotong. Dengan demikian isi bagian awal belum bisa diketahui. Akibatnya penafsiran belum lengkap. Jika ingin tahu lebih lengkap, silakan buka blog arkeologi saya di sini.
Pada bagian lain ada prasasti yang rusak karena cangkul petani. Jelas ini karena ketidaktahuan si petani ketika sedang mencangkul tanah. Beruntung, prasasti tersebut terselamatkan.
Koleksi Museum Mpu Purwa ada sekitar 120 buah, terpajang di lantai 1 dan lantai 2. Yang tertua berasal dari masa prasejarah, yakni sebelum masyarakat mengenal tulisan. Namun jumlahnya sedikit. Dari masa Hindu-Buddha, koleksi tertua berasal dari abad ke-8. Hampir semua koleksi berupa batu yang ditemukan di sekitar Malang. Â
Sebelum dibangun Balai Penyelamatan, pada 1970-an sejumlah koleksi pernah disimpan di pojok kantor DPU di Jalan Bengkel. Karena ada empat arca dilaporkan hilang, koleksi pun mulai berpindah ke Taman Rekreasi Senaputra dan ke Rumah Makan Cahyaningrat yang sekarang sudah tidak ada lagi. Setelah koleksi semakin banyak, mulai dibangun Balai Penyelamatan. Peresmian tempat ini dilakukan oleh Walikota Malang pada 2004.
Koleksi dari Gereja Kayutangan ikut dipindahkan ke sini. Arca-arca itu berada di Gereja Kayutangan sejak masa pendudukan Belanda. Hingga saat ini, arca di museum telah mewakili lima masa kerajaan, yaitu Kanjuruhan, Mataram Kuno, Kadiri, Singhasari, dan Majapahit.Â
Sebagian besar berupa arca Ganesha, Mahaguru, Â Siwa, Wisnu, Brahma, Trimurti, Dwarapala, Nandiswara, Mahakala, Durgamahisasuramardini, Sangkara, Lembu Nandi, Dwarajala (saluran air), Laksmi (Dewi Kesuburan), sejumlah umpak (batu penyanggah tiang), struktur batu merah, ornamen kuncup teratai, pipisan, miniatur puncak candi, simbar (hiasan pelengkap pada struktur bangunan candi), dan berbagai arca tokoh dewa. Â
Melengkapi museum terdapat sejumlah prasasti, antara lain Prasasti Dinoyo II, Prasasti Muncang, Prasasti Kanuruhan, dan replika Prasasti Taji.
Sayang perhatian Pemerintah Kota Malang terhadap museum ini masih kurang. Padahal pemkot pernah mendapatkan anugerah dari Kemdikbud sebagai pemkot peduli cagar budaya. Penataan Museum Mpu Purwa justru mendapat kucuran dana dari APBN, bukan APBD.
Museum Mpu Purwa beralamat  Jalan Soekarno-Hatta 210 Malang, Telepon 0341-404515. Museum buka Senin hingga Kamis pukul 08.30-15.00 dan Jumat pukul 08.30-14.30.  Tiketnya gratis loh.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI