Sebelum dibangun Balai Penyelamatan, pada 1970-an sejumlah koleksi pernah disimpan di pojok kantor DPU di Jalan Bengkel. Karena ada empat arca dilaporkan hilang, koleksi pun mulai berpindah ke Taman Rekreasi Senaputra dan ke Rumah Makan Cahyaningrat yang sekarang sudah tidak ada lagi. Setelah koleksi semakin banyak, mulai dibangun Balai Penyelamatan. Peresmian tempat ini dilakukan oleh Walikota Malang pada 2004.
Koleksi dari Gereja Kayutangan ikut dipindahkan ke sini. Arca-arca itu berada di Gereja Kayutangan sejak masa pendudukan Belanda. Hingga saat ini, arca di museum telah mewakili lima masa kerajaan, yaitu Kanjuruhan, Mataram Kuno, Kadiri, Singhasari, dan Majapahit.Â
Sebagian besar berupa arca Ganesha, Mahaguru, Â Siwa, Wisnu, Brahma, Trimurti, Dwarapala, Nandiswara, Mahakala, Durgamahisasuramardini, Sangkara, Lembu Nandi, Dwarajala (saluran air), Laksmi (Dewi Kesuburan), sejumlah umpak (batu penyanggah tiang), struktur batu merah, ornamen kuncup teratai, pipisan, miniatur puncak candi, simbar (hiasan pelengkap pada struktur bangunan candi), dan berbagai arca tokoh dewa. Â
Melengkapi museum terdapat sejumlah prasasti, antara lain Prasasti Dinoyo II, Prasasti Muncang, Prasasti Kanuruhan, dan replika Prasasti Taji.
Sayang perhatian Pemerintah Kota Malang terhadap museum ini masih kurang. Padahal pemkot pernah mendapatkan anugerah dari Kemdikbud sebagai pemkot peduli cagar budaya. Penataan Museum Mpu Purwa justru mendapat kucuran dana dari APBN, bukan APBD.
Museum Mpu Purwa beralamat  Jalan Soekarno-Hatta 210 Malang, Telepon 0341-404515. Museum buka Senin hingga Kamis pukul 08.30-15.00 dan Jumat pukul 08.30-14.30.  Tiketnya gratis loh.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI