Mendengar nama rumah sakit jiwa pasti anda merinding. Namun bagaimana kalau mendengar nama Museum Kesehatan Jiwa? Â Memang namanya rada aneh, tapi ada loh. Museum Kesehatan Jiwa merupakan bagian dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, Lawang. Berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur.
Rumah Sakit Jiwa itu berusia lebih dari seratus tahun. Sebelumnya bernama RSJ Sumberporong, didirikan berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Belanda tertanggal 30 Desember 1865. RSJ Sumberporong dibuka secara resmi dengan nama Krankzinigen Gesticht te Lawang pada 23 Juni 1902. Seabad kemudian pada 23 Juni 2002 namanya berubah menjadi RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Museum Kesehatan Jiwa diresmikan pada 23 Juni 2009. Bangunan yang digunakan merupakan rumah dinas peninggalan zaman Belanda. Ada lebih dari seratus koleksi yang terpajang di sini.
Koleksi-koleksi tersebut dikumpulkan dari keluarga besar RSJ. Dari benda-benda dan dokumen-dokumen lama, paling tidak dapat diketahui perjalanan sejarah tentang kesehatan jiwa di Indonesia.
Saya sempat berbincang dengan Ibu Ngesti dan Pak Kasturi. Menurut mereka, museum tersebut merupakan wahana dan pembelajaran perkembangan sejarah dunia medis, khususnya kejiwaan. Juga dinamika sejarah jiwa dari kurun waktu penjajahan Belanda, Jepang, hingga tonggak sejarah RI.
Karena bekas rumah dinas, ukuran bangunan tidak begitu besar. Di bagian depan ada info tentang sejarah pendirian RSJ dilengkapi foto tokoh psikiatri Prof. Slamet Iman Santoso. Alur cerita dimulai dari bagian kanan, berupa meja kerja buatan zaman Belanda. Di ruangan ini ada buku-buku berbahasa Belanda, telepon kuno, dan mesin tik kuno.
Penanganan pasien sebelum mengenal pengobatan modern ternyata sudah dilakukan dengan terapi yang dianggap bisa menenteramkan. Misalnya dengan perendaman (permanete baden) dan dibungkus (straight jacket). Kedua peninggalan masih bisa disaksikan, meskipun kondisi keduanya tidak lagi bagus.
Saya terkesan dengan alat kecil yang terpajang. Setelah saya baca, dulu pernah berfungsi sebagai alat pengiris otak. Pasien yang meninggal dikeluarkan otaknya. Setelah itu diiris, tentu saja untuk penelitian medis. Memang kita akan merinding mendengar hal itu. Di dekatnya ada alat pemotong daging dan gergaji tulang. Hiiiii, serammm.
Di bagian seberang ada rangka manusia. Koleksi ini mengingatkan saya akan koleksi sejenis di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.