Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Presiden Soekarno Pernah Diinterogasi di Benteng Marlborough

1 Desember 2017   13:43 Diperbarui: 13 April 2022   23:30 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di atas benteng sambil melihat pemandangan laut (Dokpri)

Karena tugas utama sudah selesai, Senin, 27 November 2017 siang, saya dan beberapa teman berkunjung ke Benteng Marlborough di Bengkulu. Kebetulan di sana bertemu dengan beberapa teman arkeologi dari BPCB Jambi dan arkeolog dari Makassar.

Saat itu kondisi benteng sudah baik karena pernah direvitalisasi oleh Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi pada 2016. 

Perbaikan dilakukan antara lain terhadap pintu dan lantai di sekitar gerbang utama dan gerbang belakang, perbaikan kusen pintu dan jendela ruang kantor EIC, pengecatan dinding luar bangunan barak militer, dan perbaikan jembatan. 

Benteng Marlborough kemudian ditetapkan menjadi cagar budaya peringkat nasional berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016.

Sebelumnya pada 2014 halaman benteng pernah ditata ulang oleh BPCB Jambi. Misalnya membuat dudukan meriam dan menanami rumput di areal benteng.

Di atas benteng sambil melihat pemandangan laut (Dokpri)
Di atas benteng sambil melihat pemandangan laut (Dokpri)
EIC

Benteng Marlborough merupakan peninggalan Inggris, didirikan oleh Kongsi Dagang Inggris EIC (East Indian Company) pada 1713-1719. 

Saat itu dipimpin Gubernur Joseph Callet. Benteng Marlborough merupakan benteng Inggris terkuat di wilayah Timur, setelah Benteng St. George di Madras (India). Benteng itu didirikan di atas bukit buatan dan menghadap ke arah Kota Bengkulu. Dari atas benteng kita bisa melihat laut luas.

Sebenarnya di Bengkulu pernah ada Benteng York (Fort York). Benteng itu didirikan pada Oktober 1685 di dekat muara Sungai Bengkulu. 

Pemilihan nama York untuk menghormati Duke of York. Namun karena tidak mampu menampung garnisun, di pihak lain ada keributan dengan raja-raja Bengkulu, pihak EIC mulai mencari lahan baru.

Menurut buku Sejarah Benteng Inggris di Indonesia (Direktorat Geografi Sejarah, 2010), sebuah tim kemudian dibentuk untuk memilih lokasi yang strategis secara geografi, ekonomi, maupun militer. 

Tempat yang dianggap cocok berupa dataran tinggi yang berjarak 2-3 mil di sebelah utara Fort York. Rancangan benteng dibuat oleh sebuah tim teknisi bangunan dari Inggris yang dipimpin oleh Duke of Marlborough.

Dengan berdirinya Fort Marlborough, EIC memusatkan semua aktivitas dan administrasinya di benteng ini. Keberadaan Fort Marlborough menjadi simbol kehadiran Inggris di Bengkulu, bahkan bentuk dominasi Inggris di Sumatera terutama bagian selatan.

Salah satu ruangan difungsikan sebagai ruang pameran (Dokpri)
Salah satu ruangan difungsikan sebagai ruang pameran (Dokpri)
Ruang bawah tanah

Benteng berbentuk persegi. Di bagian dalam terdapat pelataran berukuran 85 meter x 45 meter. Untuk pertahanan, benteng dilengkapi empat kubu atau bastion. Bastion terdapat pada masing-masing sudut.

Di dalam benteng banyak dibangun ruangan. Sebagian pernah berfungsi sebagai penjara bagi para tahanan penting Eropa dan tahanan berpangkat rendah. Ada lagi ruangan perkantoran EIC, ruang tinggal pejabat tinggi EIC, komandan benteng, dan ruang arsip.

Ada pula ruangan bawah tanah berupa ruang balai harta. Pada masa itu digunakan untuk menyimpan uang hasil administrasi dan transaksi EIC. Sebagai benteng, ada lagi ruang amunisi. 

Daya tampung ruangan itu mencapai 400 tong mesiu. Bangunan mesiu dibuat sangat kokoh. Tidak ketinggalan ada barak-barak prajurit. Presiden Soekarno pernah diinterogasi di dalam salah satu ruangan.

Marlborough masih berfungsi sebagai benteng hingga masa Hindia-Belanda 1825-1942 dan masa Jepang 1942-1945. 

Setelah kemerdekaan 1945, benteng pernah menjadi markas kepolsian dan militer. Pada 1977 benteng ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.

Ruang pameran

Kami sempat mengunjungi ruang pameran di dalam benteng. Beberapa artefak hasil temuan di sekitar benteng dipamerkan di sana. Ya, cukup bermanfaat untuk memberi informasi kepada pengunjung. 

Dari ruang pameran, kami memasuki ruang audio-visual. Kami disuguhi film tentang sejarah benteng. Ruang audio-visual memuat sekitar 50 orang. Ruang pameran dan ruang audio-visual baru diresmikan Maret 2017 lalu. Tujuannya untuk memberi pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai penting dari benteng terbesar di Asia Tenggara itu.

Beberapa ruang tersebut boleh dimanfaatkan oleh masyarakat untuk nmelakukan sejumlah kegiatan. Direncanakan tahun depan Bencoolen Dol Festival akan berlangsung di tempat tersebut.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun