Tempat yang dianggap cocok berupa dataran tinggi yang berjarak 2-3 mil di sebelah utara Fort York. Rancangan benteng dibuat oleh sebuah tim teknisi bangunan dari Inggris yang dipimpin oleh Duke of Marlborough.
Dengan berdirinya Fort Marlborough, EIC memusatkan semua aktivitas dan administrasinya di benteng ini. Keberadaan Fort Marlborough menjadi simbol kehadiran Inggris di Bengkulu, bahkan bentuk dominasi Inggris di Sumatera terutama bagian selatan.
Benteng berbentuk persegi. Di bagian dalam terdapat pelataran berukuran 85 meter x 45 meter. Untuk pertahanan, benteng dilengkapi empat kubu atau bastion. Bastion terdapat pada masing-masing sudut.
Di dalam benteng banyak dibangun ruangan. Sebagian pernah berfungsi sebagai penjara bagi para tahanan penting Eropa dan tahanan berpangkat rendah. Ada lagi ruangan perkantoran EIC, ruang tinggal pejabat tinggi EIC, komandan benteng, dan ruang arsip.
Ada pula ruangan bawah tanah berupa ruang balai harta. Pada masa itu digunakan untuk menyimpan uang hasil administrasi dan transaksi EIC. Sebagai benteng, ada lagi ruang amunisi.Â
Daya tampung ruangan itu mencapai 400 tong mesiu. Bangunan mesiu dibuat sangat kokoh. Tidak ketinggalan ada barak-barak prajurit. Presiden Soekarno pernah diinterogasi di dalam salah satu ruangan.
Marlborough masih berfungsi sebagai benteng hingga masa Hindia-Belanda 1825-1942 dan masa Jepang 1942-1945.Â
Setelah kemerdekaan 1945, benteng pernah menjadi markas kepolsian dan militer. Pada 1977 benteng ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Ruang pameran
Kami sempat mengunjungi ruang pameran di dalam benteng. Beberapa artefak hasil temuan di sekitar benteng dipamerkan di sana. Ya, cukup bermanfaat untuk memberi informasi kepada pengunjung.Â