Sebuah pesawat Catalina RI 005 berada di halaman. Beberapa siswa tampak mendekati pesawat itu. Meskipun berupa replika, para pengunjung cukup antusias menikmati koleksi tersebut. Ini bukan di bandar udara. Bukan pula di pangkalan militer. Pesawat Catalina RI 005 berada di halaman Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ).
Ada kisah menarik tentang pesawat tersebut. Pemiliknya seorang Australia bernama R.R. Cobley. Ia mantan penerbang RAAF (Royal Australian Air Force) dalam Perang Dunia II. Pesawat diperoleh dari hasil pertemuan para pejuang di Bangkok. Pada kesempatan itu Cobley menawarkan kesediaannya menyewakan pesawat pribadinya kepada Pemerintah RI guna membantu perjuangan kemerdekaan.
Semula pesawat memakai register Australia YHROP. Selanjutnya nomor register diganti menjadi RI 005. Cobley mendaratkan pesawatnya di Danau Tulung Agung, Jawa Timur, pada 1947. Di Jambi pesawat itu menggunakan pangkalan air, utamanya di Sungai Batanghari.
Kehadiran pesawat itu dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di daerah Jambi merupakan pilar-pilar sejarah tentang partisipasi rakyat Jambi untuk mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pesawat itu mampu membawa senjata, makanan, pakaian, dan lainnya. Juga sebagai penghubung antara Kota Jambi dengan kota-kota lain, seperti Bukittinggi, Banda Aceh, Tanjung Karang, Yogyakarta, dan Singapura.
Sayang, dalam sebuah usaha penerbangan ke Singapura, sayap pesawat patah dan jatuh ke dalam sungai. Cobley dan mekanik Jon Londa meninggal, sementara seorang penumpang, Pranko, berhasil selamat. Peran Cobley sungguh luar biasa.
Gagasan mengangkat reruntuhan pesawat dari dasar Sungai Batanghari dicetuskan pada 1991. Â Tim pengangkatan berhasil menemukan sebagian patahan pesawat, antara lain sayap dan mesin dari lumpur sedalam delapan meter. Â
Koleksi maskot
Selain pesawat, koleksi maskot di MPRJ berupa keris, dikenal sebagai Keris Siginjei. Keris Siginjei terbuat dari kayu, emas, besi, dan nikel. Koleksi itu dianggap pusaka dan suci karena dapat memberikan kebahagiaan, kekuatan, kewibawaan, dan kemegahan. Dalam istilah permuseuman, benda yang dimiliki raja disebut Ampilan atau Regalia.
Keris Siginjei merupakan benda pusaka yang dimiliki secara turun-temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama lebih dari 400 tahun, Keris Siginjei menjadi lambang mahkota Kesultanan Jambi, lambang pemersatu rakyat Jambi, dan lambang Provinsi Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke-20.
Pada masa Hindia-Belanda, Regalia Kesultanan ini bersama Keris Singa Marjaya dibawa ke Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sekarang Museum Nasional Jakarta. MPRJ hanya memiliki replika Keris Siginjei.
Koleksi MPRJ amat beragam. Jadi bukan hanya pesawat dan keris. Ada cerita tentang Kesultanan Jambi. Lalu tentang Regalia Kesultanan Jambi.
Dari masa pengaruh Belanda di Jambi ada koleksi senjata, misalnya pistol yang digunakan dalam perang Koto Teguh (perang melawan Inggris) pada 1805. Dari masa pendudukan Jepang 1942-1945, MPRJ memiliki koleksi helm pelengkap seragam tentara Jepang dan pedang.
Sejarah terbentuknya Provinsi Jambi juga diinformasikan di dalam museum. Sebelum 1957, bentuk wilayah disebut Keresidenan Jambi. Ada juga kisah tentang Sultan Thaha Syaifuddin, yang namanya diabadikan untuk bandar udara Jambi.
Yang jelas, banyak koleksi terpajang di MPRJ. Museum itu terdiri atas tiga lantai. Koleksi-koleksi yang ada di lemari berupa senjata tradisional, diorama perjuangan rakyat Jambi, perlengkapan perang, mata uang, alat rumah tangga, dan foto para pejuang. Total koleksi yang dimiliki MPRJ berjumlah 438 buah.
Pendirian MPRJ diprakarsai oleh Dewan Harian Daerah Angkatan 45 (DHD-45) bersama Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, yang saat itu dipimpin Drs. H. Abdurrahman Sayoeti. Peletakan batu pertama pembangunan museum dilakukan oleh Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia, Letjen Achmad Tharir pada 6 Juni 1993. Peresmian museum dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 10 Juli 1997. Â
Museum Perjuangan Rakyat Jambi beralamat Jalan Sultan AgungNo. 12, telepon/faksimili 0741-7552802. Untuk berkomunikasi bisa menghubungi surat elektronik museumperjuanganrakyatjambi@ymail.com. Sementara untuk informasi koleksi bisa membuka museumperjuanganrakyatjambi.blogspot.com.
Museum buka setiap hari: Senin hingga Kamis pukul 08.00-14.30; Jumat pukul 08.00-11.00; dan Sabtu-Minggu 08.00-13.00. Hari libur nasional museum tutup.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H