Arca dwarapala kuno terbuat dari batu ditemukan oleh tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dalam ekskavasi (penggalian arkeologi) akhir September 2017 lalu. Area penemuan dikenal sebagai Candi Gempur, terletak di Desa Adan-Adan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Arca dwarapala itu ditemukan pada kedalaman satu meter dari permukaan tanah. Mula-mula yang tampak bagian kepala. Setelah dilakukan pengupasan sedikit demi sedikit---karena memang itulah cara kerja arkeologi---seluruh bagian arca berhasil ditampakkan. Setelah diamati ternyata arca itu tergolong istimewa. Arca itu berdiri tegak dan ada tanda-tanda belum selesai dikerjakan. Anting sebelah kiri, misalnya, sudah dihias. Sebaliknya pada bagian kanan masih polos. Pola-pola hias lain juga belum rampung. Pada beberapa bagian terdapat kerusakan kecil, antara lain pada hidung, jari kelingking, dan jempol.
Unik
Tinggi arca dwarapala mencapai dua meter, jadi lebih tinggi dari kita-kita ini. Arca dwarapala itu dikatakan istimewa atau unik karena biasanya digambarkan dalam posisi jongkok. Dalam arkeologi, dwarapala dikenal sebagai arca penjaga pintu atau gapura berujud raksasa yang menakutkan. Sering ditemukan pada kompleks candi atau istana di Jawa. Arca dwarapala berfungsi sebagai penolak bala. Biasanya digambarkan dengan mata melotot dan satu tangan memegang gada. Sering disebut juga raksasa penjaga pintu, reco pentung, atau gupolo.
Menurut Sukowati Susetyo, ketua tim Puslit Arkenas, posisi dwarapala yang tidak lazim itu sebuah gaya tersendiri yang sengaja dibuat pada masa itu. Saat ini Sukowati sedang melakukan kajian terhadap dwarapala dan temuan lain. Terutama tentang masa pembuatan arca tersebut.
Diperkirakan selama berkali-kali, situs itu terkena letusan Gunung Kelud. Tidak heran debu vulkanik yang menutupi situs tergolong tebal. Karena ratusan tahun tertutup debu gunung berapi, situs itu menjadi terlantar. Akibatnya kawasan tersebut banyak dihuni oleh masyarakat tanpa mengetahui di arealnya terdapat tinggalan dari masa lalu.
Perlu diketahui, Candi Gempur ini terletak di kebun durian milik Syamsudin. Ia warga desa setempat yang sudah bertahun-tahun menempati tanah tersebut. Kita harapkan ada partisipasi dari Pemkab Kediri untuk melestarikan situs bersama temuan-temuan arkeologi. Bahkan mempertimbangkan untuk pembebasan lahan, memberikan anggaran, atau mendirikan museum. Kerja sama antara pemkab dengan peneliti arkeologi dan instansi arkeologi seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya perlu dilakukan.
Saat ini masih dalam penelitian apakah situs tersebut berasal dari peninggalan era Mataram Hindu atau Kadiri. Kedua kerajaan kuno ini memang pernah berkuasa di tanah Jawa.
Belum selesai
Kemungkinan besar, situs tersebut belum selesai dibangun. Sejauh ini belum ditemukan struktur candi yang utuh. Boleh jadi, saat itu banyak warga meninggalkan lokasi karena Gunung Kelud dalam kondisi Siaga 1.