Kepala museum, Agus Nugroho dan pemandu museum, Wahyuni sedang memeragakan cara memindai (Dokpri)
Para tokoh Indonesia itu memanfaatkan rumah kediaman Laksamana Tadashi Maeda dari Jepang. Gambaran tentang saat-saat proklamasi, seperti naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik didampingi B.M. Diah, ada di sini. Begitu juga radio zaman dulu, sarana untuk mendengarkan pembacaan naskah proklamasi. Yang jelas, informasi tentang tokoh-tokoh seputar proklamasi 1945 ada di museum ini.
Kalau ke museum ini jangan lupa melihat bungker di halaman belakang. Dulu digunakan sebagai tempat perlindungan kalau ada serangan atau bom dari pihak lawan. Sangat jarang sekali museum yang memiliki bungker. Â
Tarif masuk museum lumayan murah kok, Rp 2.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Bahkan untuk rombongan minimal 20 orang bisa diberikan harga khusus. Museum buka pada Selasa hingga Minggu pukul 08.00-16.00. Perlu diingat, setiap Senen museum tutup.
Cara memakai ponsel pintar (Dokpri)
Mencapai Museum Perumusan Naskah Proklamasi cukup mudah. Bisa berjalan kaki dari stasiun kereta api Cikini sekitar dua kilometer. Bis TransJakarta rute Bundaran Senayan -- TU Gas dan Grogol -- TU Gas lewat depan museum. Bilang saja turun di halte Museum (kalau dari arah  TU Gas) atau halte Taman Suropati (dari arah Bundaran Senayan atau Grogol).***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya