Sejak penemuannya pada 1814, Candi Borobudur telah mengalami beberapa kali pemugaran besar. Sebelum kemerdekaan 1945, catatan menyebutkan pemugaran dipimpin oleh Th. Van Erp. Pekerjaan ini dilaksanakan  pada 1907-1911. Meskipun dengan dana kecil dari pemerintah kolonial Belanda, beberapa bagian candi berhasil dipermak menjadi indah.
Namun karena belum menyeluruh, lambat laun banyak bagian candi menjadi rusak. Terutama karena cuaca yang ekstrem dan daya dukung lingkungan yang rendah. Ada bagian candi yang miring sehingga harus ditopang kayu penyangga. Ada lantai yang melesak karena air hujan masuk ke sela-sela batu. Belum lagi batu-batu yang terkena berbagai jenis 'penyakit' karena jamur dan alga.
Ketika itu Candi Borobudur sudah dikagumi dunia. Maka nestapa Candi Borobudur pun dirasakan oleh banyak negara. Berbagai pakar dari UNESCO turut membantu menangani Candi Borobudur. Begitu juga pakar-pakar Indonesia. Yang jelas, pakar-pakar konservasi, konstruksi, komputer, arsitektur, dan tentu saja arkeologi, terlibat di dalam pekerjaan mahabesar itu.
Bahaya keruntuhan
Pekerjaan pemugaran Candi Borobudur di era pasca kemerdekaan, dimulai pada 10 Agustus 1973. Karena kekurangan dana, banyak negara dengan sukarela membantu kita. Ada yang menerbitkan prangko khusus Candi Borobudur. Ada yang mementaskan kesenian. Ada juga yang menyelenggarakan pameran dengan topik "Candi Borobudur dalam bahaya keruntuhan".
Candi Borobudur berdiri di atas bukit yang dipangkas. Inilah persoalan teknis yang utama. Untuk menguatkan tubuh candi, tim pemugaran melakukan pengecoran dengan beton pada lantai candi.
Ingatan Dunia
Awal 2017 lalu arsip pemugaran Candi Borobudur masa 1973-1983 diajukan ke UNESCO sebagai Memory of the World (Ingatan Dunia). Diterima atau tidaknya usulan itu baru diketahui pada akhir Oktober 2017 ini dari kantor pusat UNESCO di Paris.
Memory of the World merupakan program UNESCO yang dimulai pada 1992. Tujuannya untuk mengidentifikasi warisan dokumentasi di seluruh dunia yang memiliki makna penting. Visi program Memory of the World menyatakan bahwa warisan dokumentasi dunia adalah milik semua, harus sepenuhnya terpelihara, dan dapat diakses oleh semua tanpa hambatan karena berhubungan dengan kebudayaan. Misi dari program Memory of the World adalah memfasilitasi pelestarian, membantu akses yang universal, dan meningkatkan kesadaran dunia tentang keberadaan dan nilai penting warisan dokumentasi dunia.
Komite program Memory of the World memiliki 45 negara anggota, termasuk Indonesia. Komite dari Indonesia berada di bawah naungan LIPI dengan anggota pakar-pakar dari berbagai instansi. Â