Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Kondisi Awal Candi Borobudur Lewat Arsip

10 Oktober 2017   22:05 Diperbarui: 10 Oktober 2017   22:44 1343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka memperkenalkan Candi Borobudur, Kepala Museum Nasional, Siswanto, rencananya akan membuat semacam Pojok Borobudur. Jadi tidak kalah dengan Museum Vatikan yang memiliki Pojok Indonesia, yang salah satu koleksinya miniatur Candi Borobudur.

Salah seorang staf bagian arsip di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  ikut urun rembug. Memang betapa pentingnya melestarikan arsip, katanya. Direncanakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memiliki diorama pendidikan dan kebudayaan mulai dari Ki Hajar Dewantara.

Temuan arkeologis dari sekitar Candi Borobudur (Dokpri)
Temuan arkeologis dari sekitar Candi Borobudur (Dokpri)
Pemerhati budaya Nunus Supardi mengungkapkan adanya peta kuno bertahun 1560 di Garut yang perlu diusulkan sebagai Ingatan Dunia. Soalnya, ini adalah peta tertua yang dibuat oleh bumiputera. Menurut Bambang dari LIPI yang memfasilitasi masalah ini, yang kita perlukan adalah dokumen pendukung agar peta itu layak diajukan ke UNESCO.

Otentik atau tidaknya arsip, menurut Kandar dari ANRI perlu diteliti di laboratorium. "Pernah ada yang mengajukan naskah Supersemar dari Trowulan. Ternyata setelah diteliti, arsip itu tidak otentik," kata Kandar. Sering kali untuk meneliti arsip, pihak ANRI bekerja sama dengan Polri.

Bambang Subiyanto di sela-sela pameran mengemukakan, sekarang ini sudah banyak bahasa lokal punah. Untuk itu ia menyarankan adanya rekaman tentang penutur bahasa yang mulai langka karena pendukungnya satu per satu meninggal dunia.

Pada kesempatan itu diluncurkan Borobudurpedia. Nanti segala informasi tentang Borobudur bisa diperoleh lewat laman, cetak, dan android.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun