Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melihat Kerangka Manusia dan Bedah Mayat di Museum Kebangkitan Nasional

26 September 2017   20:38 Diperbarui: 26 September 2017   20:41 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerangka manusia berusia lebih dari 100 tahun di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)

Setelah beberapa kali mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional, saya penasaran sekali dengan Ruang Anatomi. Di dalam ruangan ada gambaran tentang bedah mayat. Mayat itu diletakkan di atas meja, sementara di dekatnya ada seorang mahasiswa kedokteran dan seorang dokter. Memang mayat dan kedua orang yang digambarkan itu hanyalah sebagai alat peraga buatan baru. Namun cukup memberi gambaran bahwa Museum Kebangkitan Nasional dulunya merupakan sekolah kedokteran.

Yang menarik, masih di ruangan itu ada kerangka manusia utuh. Kerangka itu dalam posisi berdiri karena dikaitkan lewat tiang besi yang ada di belakangnya. Agar aman dari tangan-tangan pengunjung, kerangka itu ditempatkan dalam lemari kaca. Tidak ada info secuil pun itu mayat siapa. Dugaan saya, dulu si mayat merupakan orang terlantar dan tidak diambil keluarganya.

Tulang-tulangnya masih tampak jelas, meskipun sudah berusia lebih dari 100 tahun. Dilihat dari bagian puncak tempurung kepala dan tulang pinggul, saya duga mayat itu seorang laki-laki. Tulang-tulangnya bisa awet karena menggunakan cairan kimia.

Saya perhatikan banyak pengunjung ingin tahu tentang kerangka itu. Ada juga yang agak ketakutan, mungkin dianggap menyeramkan.

Di dalam ruang itu ada juga uraian tentang sumpah dokter. Lalu ada informasi tentang anatomi tubuh manusia.

STOVIA  

Dulu Museum Kebangkitan Nasional merupakan Gedung Sekolah Dokter Jawa. Menurut buku panduan yang saya punya, Sekolah Dokter Jawa berdiri pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreden dengan masa pendidikan dua tahun.

Dalam beberapa foto lama, kerangka manusia itu terlihat di ruangan. Jelas merupakan bagian penting untuk kegiatan perkuliahan soal anatomi tubuh manusia.

Kerangka manusia berusia lebih dari 100 tahun di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)
Kerangka manusia berusia lebih dari 100 tahun di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)
Pada 1899 mulai dibangun gedung baru. Pada 1 Maret 1902 gedung baru tersebut mulai resmi digunakan untuk STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Semakin lama sekolah kedokteran itu semakin berkembang. Pada 1919 berdiri Rumah Sakit Centrale Burgerlijke Ziekenninrichting (CBZ) di Salemba. Inilah cikal bakal RSCM sekarang.

Bukan cuma kerangka manusia, di Museum Kebangkitan Nasional pengunjung bisa menyaksikan peralatan kedokteran tradisional dan peralatan praktikum para pelajar sekolah kedokteran waktu itu, antara lain alat pemecah kepala manusia, alat penumbuk jamu, keris yang dianggap bertuah, dan mesin ronsen tempo dulu.

Mengingat di gedung ini pernah lahir organisasi pergerakan pertama, Budi Utomo pada 1908, maka tokoh-tokoh Budi Utomo juga ditampilkan di dalam museum. Tokoh-tokoh nasional memang lahir dari tempat ini, yang kemudian terlibat dalam Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Ayo, kita belajar bedah mayat di Museum Kebangkitan Nasional. Kita apresiasi juga tokoh-tokoh masa lampau yang berjuang melawan penjajah. Museum ini terletak tidak jauh dari pusat keramaian Senen. Persis di sebelah RSPAD Gatot Subroto, tepatnya di Jalan Abdul Rahman Saleh 26, Jakarta Pusat. ***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun