Galeri Nasional Indonesia ketempatan pameran. Kali ini bertajuk "Banda: Warisan untuk Indonesia", dengan subtema "Pala dan Perjanjian Breda 1667-2017". Pameran diselenggarakan di Gedung C.
Pamerannya sendiri diselenggarakan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas gagasan Yayasan Warisan Budaya Banda. Ikut mendukung kegiatan pameran Kedutaan Besar Belanda melalui Erasmus Huis dan Balai Arkeologi Maluku.
Sebelumnya kegiatan serupa pernah diselenggarakan di Erasmus Huis Jakarta pada 31 Juli -- 30 Agustus 2017. Pameran di Galeri Nasional Indonesia ini berlangsung 20 September-4 Oktober 2017. Selanjutnya pameran akan berlangsung di Banda mulai awal November.
Sebelum pembukaan pameran, saya sempat mengikuti Press Tour. Dikatakan oleh kurator, pameran menyoroti sejarah Banda sebagai penghasil rempah yang kaya dan bagaimana peran Banda sebagai pusat perhatian dalam perdagangan dan politik internasional. Buah pala dan bunga pala dari Banda memang dikenal di banyak negara. Inilah yang menjadi daya tarik bangsa-bangsa Eropa untuk datang ke sini sejak berabad-abad lampau.
Pameran ini, kata kurator selanjutnya, juga menghubungkan episode sejarah tersebut dengan Banda saat ini dan bagaimana Banda menjadi sumber inspirasi dalam karya seni kontemporer. Juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda akan perannya sebagai penerus sebuah bangsa besar yang sejak dulu telah memiliki peran penting dalam sejarah perdagangan dunia.
Saya coba mencari tahu apa hubungannya Banda dengan Perjanjian Breda. Ternyata Perjanjian Breda merupakan kesepakatan antara Inggris dan Belanda terkait penyerahan Manhattan kepada Inggris. Sebagai kompensasi, Inggris menyerahkan Pulau Run kepada Belanda. Ini terjadi pada 31 Juli 1667. Perjanjian ini pula yang mengakhiri perang Anglo-Belanda kedua.
Ketua Yayasan Warisan dan Budaya Banda Neira, Tanya Alwi, berharap pameran ini dapat meningkatkan kesadaran dalam menghargai dan melestarikan kekayaan alam dan budaya Banda, dan memberikan inspirasi untuk membangun Banda berbasis kemasyarakatan agar Banda dapat memberikan dampak secara nasional maupun internasional.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, membuka secara resmi pameran. Beliau mengatakan Banda merupakan bagian penting dalam wilayah NKRI yang dalam sejarahnya telah mengubah tatanan dunia sebagai penghasil rempah dan akar budaya maritim Indonesia.
Peninggalan arkeologis
Sebenarnya Banda memiliki sejarah panjang. Hal itu dikemukakan Kepala Balai Arkeologi Maluku, Muhammad Husni. Beberapa koleksi Balai Arkeologi Maluku mulai dari masa abad ke-5 ikut dipajang dalam pameran. Boleh dikatakan, pameran merupakan kolaborasi beberapa pihak. Masa yang jauh diwakili oleh peninggalan arkeologis. Masa yang relatif baru diwakili foto-foto bersejarah dan peta-peta lama. Karya kreatif tentang Banda diwakili oleh beberapa seniman nasional dan internasional.