Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini kembali dilaksanakan Napak Tilas Proklamasi. Siang itu, Rabu, 16 Agustus 2017 kesibukan terjadi di tiga tempat. Di Museum Joang 45, yang berada di bawah Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, para peserta sudah mempersiapkan diri. Rombongan dilepas oleh Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Di Museum Perumusan Naskah Proklamasi para peserta sudah berdatangan sejak pukul 12.00. Setelah melakukan registrasi, para peserta mencicipi hidangan tradisional yang tersedia di halaman belakang. Pada pukul 15.00 para peserta dilepas oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid, menuju Tugu Proklamasi. Hilmar Farid sendiri turut berjalan kaki ditemani Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Agus Nugroho.
Di Tugu Proklamasi, panitia dari Direktorat Sejarah mempersiapkan segala sesuatunya. Memang acara akhir dipusatkan di sini. Sementara para peserta berparade, sejumlah undangan dan tokoh penting sudah hadir di Tugu Proklamasi. Tampak Tyasno Sudarto dari DHN, mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Meutia Hatta, putri sulung Proklamator Moh. Hatta.
Tradisi
Napak Tilas Proklamasi merupakan event tahunan yang menjadi tradisi sejak 1983. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Museum Joang 45, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan Direktorat Sejarah.
Parade Napak Tilas dimulai dari Museum Joang 45, menempuh rute Cut Mutia - Teuku Umar - Taman Suropati - Museum Naskah Proklamasi. Di Museum Perumusan Naskah Proklamasi peserta bergabung untuk menuju Tugu Proklamasi.
"Mobil bersejarah yang menjadi salah satu koleksi unggulan Museum Joang 45 hanya kami keluarkan setahun sekali yaitu untuk mengikuti parade Napak Tilas," kata Kepala Museum Joang 45 Sri Kusumawati. Mobil tersebut dinaiki oleh Bapak Try Sutrisno.
Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Agus Nugroho, mengatakan menyambut proklamasi, museumnya selalu menyelenggarakan kegiatan lomba lagu perjuangan dan pameran tokoh. Kali ini tokoh yang ditampilkan adalah Ki Bagoes Hadikoesoemo.
Tiga stanza
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid memberikan sambutan di Tugu Proklamasi. Beliau mengatakan pentingnya menyanyikan lagu Indonesia Raya sebanyak tiga stanza. "Ada kata-kata penting yang patut kita renungkan," kata Hilmar. Pada stanza pertama kita lihat ada lirik 'Marilah kita berseru, Indonesia bersatu'; pada stanza kedua, 'Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia'; dan pada stanza ketiga, 'Marilah kita berjanji, Indonesia abadi'.
Menjelang usai, panitia mengadakan kuis dengan hadiah sepeda. Diserahkan juga piala dan sejumlah uang untuk para pemenang lomba yel-yel perjuangan.
Ketika peserta meninggalkan Tugu Proklamasi, segelintir peserta justru kembali lagi ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Mereka yang tergabung dalam Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) hendak melakukan kegiatan renungan malam. Kegiatan berlangsung hingga dini hari.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H