Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Cerita Panji", Kidung Roman Indonesia yang Mendunia

7 Agustus 2017   03:40 Diperbarui: 10 Agustus 2017   18:07 2202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Panji di Kabupaten Malang (instagram/happyswandika. 2017/Otonomi.co.id)

Prof. I Made Bandem amat bersemangat ketika berbicara tentang Panji. Ia hadir dalam Seminar Budaya Panji di Museum Wayang, 5 Agustus 2017 lalu. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  Karena antusias pada cerita Panji, maka anak-anak Bandem pun diberi nama tokoh-tokoh Panji.

Bandem seorang penari terkenal dari Bali. Dalam kesempatan itu, ia unjuk kebolehan memperagakan gerak tarian yang tentu saja berkenaan dengan Panji. Gerakan perempuan berbeda dengan gerakan laki-laki. Suara-suara dalam berbagai karakter pun ia peragakan.

Tentang Panji, menurut Rektor Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini, dikategorikan Kidung Roman. Memang Panji berkisah tentang dua sejoli. Yang lelaki Inu Kertapati dan yang perempuan Candrakirana. Karena terdapat di berbagai daerah, kedua nama itu sering disebut berbeda.

Pahlawan Budaya

Dwi Cahyono menganggap Panji adalah pahlawan budaya. Dwi adalah pemilik restoran sekaligus museum di Malang. Menurut Dwi, ia membangun restoran terlebih dulu. Di antara dinding restoran terdapat gambar-gambar Panji. Setelah orang banyak datang dan banyak tanya, ia mendirikan Museum Panji.

Menurut Dwi, pendirian museum dimaksudkan untuk mendukung usulan Cerita Panji sebagai Warisan Dunia kepada UNESCO. Museum Panji dibangun di atas lahan seluas tiga hektar. Pembangunan dimulai sejak 2014 dan diresmikan pada akhir 2016.

Dari kiri Tri Handoyo, Dwi Cahyono, I Made Bandem, dan Henry Nurcahyo (moderator) [Dokpri]
Dari kiri Tri Handoyo, Dwi Cahyono, I Made Bandem, dan Henry Nurcahyo (moderator) [Dokpri]
Tentang pemilihan nama Panji, menurut Dwi, sangat khas dengan budaya lokal Malang. Ia berharap dengan adanya Museum Panji dilengkapi berbagai fasilitasnya, bisa menanamkan kebudayaan lokal pada masyarakat yang kini mulai mereka tinggalkan.

Dengan adanya relief pada Candi Jago dan Candi Kidal, Dwi berharap masyarakat, terutama dari mancanegara, bisa belajar Cerita Panji di Malang. Di dalam museum sendiri ada empat panggung yang masing-masing menampilkan kebudayaan Jawa Timur, mulai dari budaya Kerajaan Singasari sampai Majapahit.

Saat ini pengaruh nama Panji sedang diteliti Dwi. Sebagaimana kita tahu, nama-nama segolongan masyarakat memakai nama Raden Panji, misalnya Raden Panji Soeroso.

Ikut berbicara dalam Seminar Budaya Panji itu, Tri Handoyo, pelaku Topeng Malang. Ia merupakan generasi kelima dari topeng kedungmanggo. Menurut Tri, topeng Panji berkembang di Malang sejak 1890. Semula ada 24 kelompok topeng, tapi kini hanya sembilan yang aktif.

Topeng Malang memiliki 76 karakter topeng, terdiri atas tokoh antagonis, tokoh protagonis, tokoh lucu, dan tokoh binatang. Uniknya, dalam wayang topeng tidak ada pembunuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun