Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dokter Mabuk Menabrak Candi Kidal

29 Juli 2017   10:33 Diperbarui: 29 Juli 2017   11:12 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Malang. Seluruh bangunan terbuat dari batu. Di seluruh Jawa Timur, candi itu termasuk utuh. Hanya sebagian kecil atapnya hilang.

Di sisi pintu masuk terdapat arca Mahakala. Namun pasangannya di sisi satu lagi, arca Nandiswara, entah ke mana. Pada tubuh candi terpahatkan ringkasan cerita Garudeya. Cerita ini amat dikenal karena menyebut nama Garuda dan air amerta (air kehidupan).

Bagian halaman yang rusak|Foto: Goenawan A. Sambodo
Bagian halaman yang rusak|Foto: Goenawan A. Sambodo
 Nama Candi Kidal disebutkan dalam naskah kuno Nagarakretagama sebagai dharma haji atau pen-dharma-an Raja Anusapati dari Kerajaan Singhasari. Ia memerintah pada 1227---1248. Orang tuanya bernama Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Candi Kidal dibangun sekurangnya pada 1248 untuk memuliakan Anusapati sebagai Siwa.

Beberapa arca, selain Nandiswara, juga tidak diketahui keberadaannya. Kemungkinan arca Siwa yang berada di Museum Leiden (Belanda), berasal dari Candi Kidal.***

Foto-foto: Goenawan A. Sambodo 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun