Temuan arkeologi yang berhasil diperoleh dari perairan dan daratan boleh dibilang berupa barang rongsokan atau pecahan. Temuan-temuan itu antara lain keramik, botol kaca, dan timah. Keramik tertua berasal dari abad ke-9 dan yang termuda abad ke-17. Terbanyak berasal dari masa Dinasti Song di Tiongkok (abad ke-12---13) dan Dinasti Ming (abad ke-17).
Perairan Belitung merupakan perairan terbuka, yaitu tipe perairan yang menghadap ke arah laut lepas tanpa adanya penghalang, baik itu pulau maupun daratan di depannya sehingga sangat dipengaruhi oleh ombak dan gelombang. Berdasarkan data sejarah Selat Bangka, Selat Gelasa, dan Selat Karimata merupakan jalur pelayaran di wilayah perairan nusantara bagian barat yang paling sering dilayari.
Laut kita maha luas. Yang ironis, penelitian arkeologi maritim masih terkendala peralatan yang mahal, anggaran yang kecil, dan sumberdaya manusia yang masih langka. Padahal, masih banyak kapal tenggelam yang belum dieksplorasi dengan metode dan teknik yang benar. Bukan tidak mungkin, kalau belum ada penelitian terintegrasi dan kerja sama terpadu antarinstansi, warisan budaya bawah air kita akan dijarahi orang-orang tidak bertanggung jawab demi kepentingan bisnis mereka. Mungkinkah kepentingan ilmu pengetahuan akan mengalahkan kepentingan bisnis? Tentu saja bisa asalkan ada kerja sama. Jangan sampai terjadi, "Lautku luas, kekayaan budaya bawah airku terkuras".***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H