Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mendeteksi Penyakit dan Karakter Lewat Lidah Berdasarkan Ilmu Fisiognomi

18 Juni 2017   16:42 Diperbarui: 19 Juni 2017   04:41 3830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lidah mengungkapkan penyakit dan karakter (Foto: doktersehat.com)

Coba periksakan diri Anda ke dokter, maka yang umumnya dilihat adalah lidah (termasuk amandel dan langit-langit mulut) dan mata. Bagian-bagian wajah lainnya, seperti alis, hidung, dan telinga, boleh dikatakan terabaikan.

Begitu pula kalau kita berobat ke sinshe. Selain dengan bongme (memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan), lidah selalu menjadi perhatian diagnosis.

Tabib-tabib dari zaman Tiongkok purba percaya melihat lidah merupakan cara yang paling cepat untuk memeriksa kondisi kesehatan seorang pasien. Mereka membedakan lidah menjadi dua bagian, yakni material lidah dan lapisan lidah.

Material lidah adalah derajat warna lidah dan kelembaban lidah. Sementara lapisan lidah adalah lapisan yang menyelimuti lidah sehingga dikenal istilah lidah berjamur dan berbulu.

Memang masuk akal kalau dokter dan sinshe mengutamakan kedua indra itu. Menurut teori dari Tiongkok purba, lidah mewakili organ jantung, sementara mata mewakili hati. Jantung dan hati merupakan dua organ pokok manusia yang harus selalu ada. Ginjal, misalnya, boleh tinggal satu dari dua yang ada. Namun kalau jantung dan hati rusak, maka "rusak" pula kehidupan manusia.

Lagi pula, lidah dipandang sebagai organ yang paling istimewa dan misterius. Dengan lidah manusia bisa merasakan manis, pahit, pedas, asam, asin, dan hambar ataupun tawar. Bayangkan, hanya dalam satu batang lidah, kita bisa merasakan begitu banyak rasa.

Di dalam lidah juga terdapat ribuan zat yang sangat membantu kita dalam pencernaan dan melemahkan zat-zat yang berbahaya bagi lambung. Lidah juga mempunyai fungsi sebagai pendeteksi masuknya racun ataupun virus ke dalam tubuh.

Fisiognomi Tiongkok mengatakan, orang yang sehat memiliki lidah yang bersih tanpa lapisan. Selain itu berwarna merah pucat dan lembab. Warna ini terjadi karena darah yang mengalir ke lidah juga membawa energi chi yang mengalir pelan.

Bila berwarna pucat adalah indikasi kekurangan darah atau chi (energi). Biasanya kalau orang kedinginan akan menderita hal demikian.

Warna merah menunjukkan gejala angin internal bergerak di dalam lidah. Bila terlalu merah, pertanda panas bersemayam di dalam tubuh. Bila ungu, darah dan chi tidak bergerak dengan harmonis, mungkin terjadi pembekuan darah. Orang yang sering mengalami gangguan pada perut atau usus, biasanya ditandai oleh lidah berwarna keunguan. Begitu pula mereka yang terpengaruh alkohol. Lidah yang pecah-pecah berarti munculnya penyakit kronis, kecuali kalau ada sejak lahir.

Orang-orang tua yang sekarang berumur 70-an umumnya mahir mendeteksi penyakit lewat lidah. Mereka sudah terbiasa secara turun-temurun. Menurut mereka, bila lidah berwarna merah dan pecah-pecah pertanda suhu badan panas; lidah yang pucat dan pecah-pecah pertanda kekurangan darah; dan bila pori-pori lidah membesar pertanda pembekuan darah.

Pada bagian lain dikatakan, bila lidah mengecil menunjukkan gejala kekurangan darah dan cairan tubuh, bila kaku merupakan dampak dari angin, serta bila tidak dapat diam atau terus bergetar adalah dampak dari ketidakcukupan chi pengatur gerakan. 

Penyakit khusus pada wanita konon dapat diamati lewat lidah. Bila lidah berwarna merah dan tebal, pertanda vulva kering, sehingga akan mudah sakit dalam bercinta. Lidah yang kasar dan pecah di ujungnya menandakan orang yang sedang depresi.

Bukan hanya masyarakat Tiongkok purba yang percaya keampuhan diagnosis lidah. Masyarakat India purba pun punya resep sendiri tentang indra pengecap itu. Dikatakan, bila lidah berwarna kehitaman, adanya gejala serius pada telinga. Bila lidah sangat besar, kemungkinan besar terserang penyakit schizoprenia. Diagnosis lidah untuk kesehatan manusia sejak lama dibukukan dalam Ayurvedic Tongue Diagnosis. Seni pengobatan dari buku-buku kuno Ayurweda memang menjadi dasar dari pengobatan herbal. Di Indonesia pengobatan herbal ala India sudah lama dikembangkan.

Watak
Dalam perkembangan selanjutnya, bukan hanya penyakit yang mampu dideteksi oleh lidah tetapi juga watak atau karakter. Masyarakat Tiongkok purba percaya, orang yang memiliki lidah panjang dan sempit berwatak sarkastis dan angkuh. Ujung lidah yang langsing dan ringan menunjukkan seseorang yang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kebalikannya adalah ujung lidah berat dan menonjol, yakni tidak mampu menyesuaikan diri.

Hoki yang bagus ditunjukkan oleh lidah berwarna merah. Apalagi bila panjangnya sedang dan ujungnya bundar. Sementara hoki menjadi kurang bagus kalau lidah terlalu panjang.

Watak negatif diperlihatkan oleh lidah berwarna hitam. Dikatakan, dia suka bertengkar, mudah cemburu, dan pemarah. Begitu pula bila kasar dan pecah di ujungnya. Selain suka bertengkar dan jahat, dia pun mudah sakit hati.

Orang yang cerewet dan pandai bicara umumnya memiliki ujung lidah tajam. Selain itu, dia juga biasanya berhati dengki.

Ukuran lidah juga menjadi penentu watak. Lidah panjang berarti panjang pikirannya, otaknya bagus, dan mengenal budi. Sedangkan lidah pendek bermakna otaknya kurang tajam, kurang panjang pikiran, dan banyak ragu.

Meskipun tidak bertulang, lidah ternyata mampu menginformasikan banyak tentang kesehatan dan watak. Sayang, pengetahuan yang mempelajari lidah secara mendalam belum banyak dilakukan di negeri kita. Padahal, pendiagnosisan secara oriental sudah terbukti akurat secara empiris sejak lama.***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun