Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Uang Kertas Satu Sen Seri Sukarelawan 1964 Masuk "Guiness Book of World Records"

14 Juni 2017   07:56 Diperbarui: 14 Juni 2017   15:15 6641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang kertas satu sen seri ORI (Dokpri)

Pada masa berikutnya pemerintah masih menerbitkan uang kertas nominal satu sen. Kali ini menjadi bagian seri Sukarelawan atau Dwikora (1964).  Pada seri itu ada lima nominal yang diterbitkan, yakni 1, 5, 10, 25, dan 50 sen.

Pada uang kertas nominal satu sen terdapat gambar petani. Uang ini berukuran 104 milimeter x 52 milimeter dengan penanda tangan Jusuf Muda Dalam dan Hertatijanto. Pencetaknya P.N. Pertjetakan Kebajoran, Imp. Terdapat satu jenis nomor seri pada pecahan ini, berupa tiga huruf dan enam angka.

Nomor seri pada uang kertas satu sen seri Sukarelawan, 1964 (Dokpri)
Nomor seri pada uang kertas satu sen seri Sukarelawan, 1964 (Dokpri)
Pecahan satu sen seri Sukarelawan tercatat dalam Guiness Book of World Records sebagai uang kertas bernilai terkecil di dunia. Menurut data dari buku Banknotes and Coins from Indonesia 1945-1990, pada 1964 itu kurs 1 dollar AS  terhadap rupiah adalah Rp5.000,00 dan harga emas 24 karat Rp7.500,00 per gram. Bayangkan untuk menukar satu dollar AS saja dibutuhkan 5.000 x 100 = 500.000 lembar uang satu sen. Atau untuk membeli satu gram emas dibutuhkan 750.000 lembar uang satu sen. Betapa tebal kan.

Sekadar info, menurut buku tadi, pada 1947 kurs 1 dollar AS adalah Rp17,00 dan harga satu gram emas Rp27,75. Masa sebelum itu tidak tercatat.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun