Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Komunitas Membuat "Workshop" Penulisan Karya Ilmiah Populer

4 Juni 2017   07:33 Diperbarui: 5 Juni 2017   10:07 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh dibilang tulisan-tulisan tentang cagar budaya dan museum di media-media cetak dan daring masih amat langka. Entah mengapa, yang banyak kita lihat justru tulisan-tulisan tentang politik dan ekonomi. Padahal, publikasi merupakan sarana penting untuk memperkenalkan sesuatu, termasuk cagar budaya dan museum itu.

Bila publikasi sering dilakukan, bukan tidak mungkin masyarakat akan memberikan apresiasi terhadap cagar budaya dan museum. Selama ini, sebagaimana yang kita baca, dengar, dan lihat lewat berbagai media, memang kerap terjadi pencurian dan vandalisme terhadap cagar budaya. Maklum, banyak cagar budaya berada di pelosok daerah, bahkan tempat-tempat terpencil macam bukit. Museum pun sering dipandang kurang menarik karena kotor, kumuh, gelap, dan seram. Karena itu museum sepi pengunjung, berbeda jauh dengan kondisi mal atau tempat-tempat rekreasi yang ramai pengunjung.

Agar masyarakat melek cagar budaya dan museum, tentu perlu sebuah kegiatan positif. Lewat masyarakat khusus diharapkan kegiatan positif itu bisa disebarkan ke masyarakat lain. Apalagi sejak beberapa tahun lalu muncul istilah Jurnalisme Warga, seiring dengan perkembangan internet dan media sosial. Dalam jurnalisme warga siapa saja boleh menulis, tentu saja yang bukan hoax. Sarana menulis pun sudah tersedia, yakni berupa blog pribadi, blog publik, dan laman berbayar.

Apresiasi masyarakat

Bertolak dari pemikiran itulah sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam komunitas bernama Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI), bekerja sama dengan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, menyelenggarakan Workshop Penulisan Karya Ilmiah Populer. Kegiatan ini juga didukung Museum Basoeki Abdullah. Para peserta workshop terdiri atas mahasiswa, komunitas, pramuka, dan guru.

Pemateri Berthold Sinaulan di hadapan peserta (Foto: KPBMI)
Pemateri Berthold Sinaulan di hadapan peserta (Foto: KPBMI)
Dikatakan oleh Kepala Museum Basoeki Abdullah, kegiatan seperti ini memang jarang dilakukan. Diharapkan melalui kegiatan ini keterampilan menulis para peserta semakin meningkat. Paling tidak para peserta sudah berani menuangkan gagasan lewat tulisan.

Pemaparan materi diberikan oleh Berthold Sinaulan. Ia lama menjadi wartawan Sinar Harapan yang kemudian berubah menjadi Suara Pembaruan. Ia lulusan Jurusan Arkeologi UI. Pengalaman menjadi jurnalis selama 30 tahun itulah yang ia bagikan kepada para peserta.

Populer

Tulisan ilmiah dan tulisan populer jelas berbeda, begitu kata Berthold. Dalam tulisan ilmiah bahasa cenderung kaku dan bersifat teknis, misalnya ada abstrak, pendahuluan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Dengan demikian masyarakat awam sulit mengerti tulisan tersebut.

Tulisan populer tidak ada pembagian seperti itu. Namun, agar tidak disebut plagiat, penyebutan sumber tetap dilakukan. Misalnya menurut siapa atau menurut buku apa, ditulis dengan format berbeda daripada tulisan ilmiah.

Kegiatan jelajah museum dalam rangka praktik penulisan (Foto: KPBMI)
Kegiatan jelajah museum dalam rangka praktik penulisan (Foto: KPBMI)
Kiat-kiat menulis populer untuk pemula juga diungkapkan Berthold. Menurutnya, tulisan harus diberi judul yang menarik. Judul tersebut jangan terlalu panjang atau terlalu pendek dan tidak mengandung kebohongan. Alinea awal, kata Berthold, juga harus menarik sehingga mengundang keingintahuan pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun