Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Radio Suara Jerman "Deutsche Welle" pada 1970-an Sering Bagi Buku Gratis

1 Juni 2017   12:44 Diperbarui: 1 Juni 2017   13:16 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku-buku gratis ini saya peroleh pada 1970-an (Dokpri)

Saya mulai mendengarkan radio gelombang pendek siaran Bahasa Indonesia mulai 1970-an. Ketika itu saya ikut nguping kakek. Lambat-laun saya mulai menyetel sendiri. Seingat saya, yang sering dipilih kakek adalah siaran berita dari ABC (Radio Australia) dan BBC (Radio Inggris).

Sehabis mendengarkan kedua stasiun, biasanya saya cari-cari gelombang lain. Suatu ketika saya menemukan siaran lain dalam Bahasa Indonesia. Ternyata Radio Suara Jerman Deutsche Welle (DW) yang dipancarkan dari Bonn. Seperti halnya ABC dan BBC, suara DW juga turun naik. Kadang terdengar jelas, kadang samar. Maklum letak pemancar jauh dari Indonesia.

Pelajaran bahasa

Sejak menemukan gelombang baru DW, setiap malam saya mulai mendengarkan siaran berita dan beberapa acara lain, seperti pelajaran Bahasa Jerman, serba-serbi Jerman, tanya jawab, kuis, dan pilihan pendengar. Dari sekian banyak mata acara, saya paling senang pelajaran Bahasa Jerman dan kuis. Apalagi ketika di SMA, meskipun Jurusan IPA, saya memperoleh pelajaran Bahasa Jerman.

Yang menggembirakan, buku-buku pelajaran tersebut bisa diperoleh secara gratis. Segera saya berkirim surat ke alamat perwakilan DW di Jakarta. Sekitar satu bulan kemudian buku-buku tersebut saya terima. Bahkan dilengkapi kaset. Sayang sekarang kasetnya entah ke mana. Berkat buku-buku tersebut nilai Bahasa Jerman saya cukup tinggi, yakni sembilan.

Buku-buku gratis ini saya peroleh pada 1970-an (Dokpri)
Buku-buku gratis ini saya peroleh pada 1970-an (Dokpri)
Meskipun sudah lulus SMA, saya tetap mendengarkan siaran gelombang pendek. Begitu juga ketika sudah berkeluarga dan memiliki anak. Setiap pagi dan sore hingga malam, saya selalu berteman dengan dengan sejumlah siaran gelombang pendek. Keberuntungan lain, pada 1990-an saya pernah menang kuis DW berupa pisau lipat. Benda ini sampai sekarang masih saya simpan buat kenang-kenangan.

Lebih dari 50 tahun

Kalau dihitung sejak pendiriannya, siaran Bahasa Indonesia DW sudah mengudara lebih dari 50 tahun. Siaran Bahasa Indonesia DW berdiri pada 30 September 1963. Ketika itu Indonesia sedang dalam konfrontasi dengan Malaysia. Di Jerman sendiri pada tahun yang sama Presiden AS John Kennedy berkunjung ke Tembok Berlin.

Saya lihat sampai kini Radio Suara Jerman DW masih mengudara. Bahkan bekerja sama dengan radio-radio lokal di sejumlah daerah melalui gelombang FM. Dengan demikian penangkapan suara menjadi lebih bagus.

Pisau lipat hadiah kuis (Dokpri)
Pisau lipat hadiah kuis (Dokpri)
DW juga mempunyai laman di internet. Pada zaman serba canggih ini, siaran DW bisa didengar melalui internet pula. Kemungkinan besar, masyarakat yang memiliki akses internet cepat, sudah jarang mendengarkan siaran DW. Hanya masyarakat di pelosok yang masih setia mendengarkan siaran DW melalui radio dari berbagai merk dan ukuran. Kita harapkan DW masih setia dengan program-program informatif, edukatif, dan rekreatif, sekaligus memperkenalkan Indonesia ke berbagai penjuru dunia.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun