Jakarta punya pulau? Memang Jakarta dianggap kota besar, padat, dan macet. Namun sesungguhnya di utara Jakarta, tepatnya di perairan Teluk Jakarta, terdapat banyak pulau. Karena itu dikenal dengan nama Kepulauan Seribu. Beberapa pulau telah hilang dari perairan ini karena abrasi.
Dari semua pulau, hanya empat yang dikategorikan pulau bersejarah, yakni Bidadari, Cipir, Onrust, dan Kelor. Satu nama lain adalah Edam. Di pulau ini terdapat mercu suar dari zaman Belanda. Pulau yang paling luas adalah Onrust. Saat ini Pulau Bidadari, yang dulu bernama Purmerend kemudian Pulau Sakit, sudah dikembangkan menjadi objek pariwisata. Beberapa fasilitas ada di sini seperti tempat penginapan, restoran, dan arena bermain.
Rabu, 17 Mei 2017 Kementerian Pariwisata menyelenggarakan pertemuan para pemangku kepentingan tentang pengelolaan pulau heritage di kepulauan Seribu. Acara ini diikuti perwakilan pemerintah, biro perjalanan, dan masyarakat.
Onrust
Pulau Onrust menjadi pokok bahasan. Pulau ini bisa ditempuh dari pelabuhan Muara Kamal yang bertarif murah atau pelabuhan Marina Ancol yang biayanya cukup tinggi. Pada abad ke-17 dan ke-18 kapal-kapal VOC banyak berlabuh di Pulau Onrust. Dalam bahasa Belanda onrust berarti sibuk atau tanpa istirahat.
Sejak 1980-an penelitian arkeologis dilakukan di sana. Ketika itu tim berhasil menampakkan bagian benteng, letak pagar, dan sumber air. Selain itu ditemukan benda-benda keramik, benda-benda logam, dan benda-benda batu. Kini temuan Onrust disimpan dan dipamerkan dalam museum mini.
Sebelum Belanda menginjakkan kaki di sini, pulau-pulau bersejarah itu pernah menjadi tempat peristirahatan keluarga raja-raja Banten. Kemudian pernah menjadi pulau sengketa antara Kerajaan Banten dan Jayakarta, namun tak pernah ada upaya penyelesaian.
Pulau Onrust pernah menjadi bengkel kapal terbaik di dunia. Pada 1674 di Pulau Onrust dibangun gudang-gudang penyimpanan barang, gudang penyimpanan besi, dok tancap, dan sebuah kincir angin. Kincir angin berfungsi untuk keperluan penggergajian kayu.
Pulau Onrust pernah hancur karena serangan Inggris lebih dari satu kali. Setelah pembangunan stasiun Tanjung Priok pada 1883, peranan Pulau Onrust semakin hilang. Pada 1905 stasiun cuaca didirikan di pulau ini. Pada 1911-1933 Pulau Onrust dijadikan karantina haji. Pada 1933-1940 Pulau Onrust dijadikan tempat tawanan para pemberontak yang terlibat “Peristiwa Kapal Tujuh”.
Pada zaman Jepang, Pulau Onrust menjadi penjara bagi para penjahat kelas berat. Selanjutnya pada masa Indonesia merdeka, pulau ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina bagi penderita penyakit menular.
Wisata berwawasan konservasi
Dari keempat pulau yang ditangani Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Pulau Onrust dianggap potensial untuk pengembangan setelah Pulau Bidadari. Sebagaimana pembicaraan Firman Santoso (Community for Maritime Studies Indonesia), Candrian Attahiyyat (arkeolog), dan Dodi Riadi (fasilitator Kementerian Pariwisata). Dalam hal ini diperlukan wisata berwawasan konservasi.
Untuk waktu tertentu dilakukan ekskavasi arkeologi yang bisa ditonton atau ikut dilakukan pengunjung. Syarat utamanya di Onrust jangan didirikan fasilitas modern. Biarkan apa adanya dengan tambahan sedikit saja agar tidak merusak visual sejarah. Jadi untuk pariwisata, yang penting adalah menjual kisah apa yang pernah terjadi di Onrust.
Ikut berbicara dalam kegiatan itu Ahmad Arif dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Katanya, pulau yang memiliki luas di bawah 10 hektar ada peraturan khusus.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H