Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pameran Lukisan Para Guru sebagai Media Penyaluran Aspirasi dan Sosialisasi

4 Mei 2017   20:24 Diperbarui: 4 Mei 2017   20:35 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para guru se-Jabodetabek yang berkarya (Foto: Djulianto Susantio)

Melukis memang milik siapa saja. Ada yang membuat lukisan sebagai mata pencarian. Ada yang sekadar hobi atau maksud lain. Demikian juga dengan para guru, terutama guru kesenian atau guru menggambar. Iseng-iseng dan memanfaatkan waktu luang. Itulah kebanyakan motivasi mereka melukis.

Rabu, 4 Mei 2017 di Museum Basoeki Abdullah dilaksanakan peresmian pembukaan pameran lukisan para guru se-Jabodetabek. Sebanyak 35 guru memamerkan karyanya di sini. Masing-masing peserta menampilkan sebuah karya di atas kanvas. Maklum ini disesuaikan dengan kapasitas ruang pamer di Museum Basoeki Abdullah.

Sehubungan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2017, tentu saja tema yang diambil tidak jauh-jauh dari itu, yakni Penghormatan terhadap Ki Hajar Dewantara. Nama ini pasti sudah tidak asing lagi karena merupakan Bapak Pendidikan Nasional.

Rasa dan karsa

Sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara memberi tekanan pada rasa dan karsa. Dengan demikian memberikan ruang bagi kesenian. Menurut Ki Hajar, sebagaimana siaran pers yang penulis terima, kesenian adalah sebagian dari kebudayaan yang timbul dan tumbuhnya amat berhubungan dengan jiwa perasaan manusia. Karena itu, kata Ki Hajar, kesenian itu lebih tertanam di dalam jiwa daripada kebudayaan lainnya. Ki Hajar pun memandang kesenian sebagai ekspresi budaya yang paling dalam karena kesenian berakar pada hati sanubari manusia, pada alam rasa dan karsa.

Para guru se-Jabodetabek yang berkarya (Foto: Djulianto Susantio)
Para guru se-Jabodetabek yang berkarya (Foto: Djulianto Susantio)
Menurut Kepala Museum Basoeki Abdullah Joko Madsono, pameran lukisan ini dirancang untuk menjadi sebuah media penyaluran aspirasi dan sosialisasi atas ekspresi kreatif dari para guru Seni Budaya sebagai suatu langkah strategis dalam memberikan keteladanan kepada para siswa. “Kegiatan ini juga bertujuan sebagai media bertukar pengalaman kreatif, pengalaman dikdaktis, dan diharapkan sebagai ajang berbagi gagasan untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan pendidikan taktis dalam bidang seni rupa,” kata Joko Madsono.

Pameran lukisan dibuka oleh Pustanto dari Direktorat Kesenian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beliau mewakili Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid yang berhalangan hadir.

Masyarakat umum bisa menikmati lukisan para guru ini pada 5-30 Mei 2017. Pameran diselenggarakan di Gedung II Museum Basoeki Abdullah, Jalan Keuangan Raya No. 19, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Cukup dengan membayar karcis masuk museum sebesar Rp2.000 untuk dewasa dan Rp1.000 untuk anak-anak. Sehabis melihat pameran lukisan, masyarakat pun bisa melihat-lihat ruang pameran tetap, atau sebaliknya. Dan lagi, tidak perlu membayar dua kali. Ayo ke museum.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun