Rabu, 26 April 2017 sore dokter Sudi Harjanto dari Komunitas Tapak Jejak Kerajaan, Sidoarjo, melaporkan kepada saya bahwa situs Patakan di Lamongan dirusak orang. Ia menyertakan beberapa foto kondisi terakhir situs.
Tak lama kemudian, muncul diskusi di Facebook. Rata-rata menyayangkan perusakan itu. Dikabarkan pada saat-saat tertentu, sejumlah oknum melakukan ritual kubur diri di sana. Sebelumnya mereka merusak pagar candi.
“Kemarin (25 April, penulis) saya datang ke lokasi diajak Kasi Musjarkala (Museum, Sejarah, dan Purbakala). Niat awal sih mau meninjau lokasi untuk perencanaan tahun depan. Kami didampingi kepala dusun. Nah saat itu saya tahu kondisi di lapangan semakin parah. Sayang saat itu juru pelihara (jupel) BPCB Jawa Timur tidak ada di lokasi,” kata Yoks, aktivis komunitas di Lamongan.
Menurut informasi, ritual kubur diri dilakukan malam hari sampai menjelang pagi. Saat itulah memang jupel tidak bertugas. Jelas sulitnya pengawasan. Berdasarkan sumber perdukunan, dipercaya lokasi ini merupakan salah satu tempat yang sangat luar biasa kekuatannya.
Raja Airlangga
Situs bersejarah Patakan diduga berasal dari masa Raja Airlangga (abad ke-10). Pada 2013 situs ini digali oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Sebagaimana Surya Online, Candi Patakan terbuat dari batu kumbung (sejenis batu kapur tapi keras dan padat). Batu tersebut tertata rapi membentuk bangunan persegi menjulang ke atas.
Keberadaan candi diduga berhubungan dengan Prasasti Patakan yang ditemukan di desa yang sama. Kini prasasti tersebut berada di Museum Nasional Jakarta.
Mengingat saat ini berada dalam kondisi rawan akibat manusia, tentu saja situs Patakan memerlukan penanganan lebih intensif. Harus ada kerja sama dari berbagai pihak untuk melestarikan situs ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H