Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berita "Hoax" dalam Arkeologi, dari Gunung Padang hingga Borobudur

13 April 2017   20:08 Diperbarui: 14 April 2017   05:00 4745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Borobudur

Hoax lain tentang Candi Borobudur dibangun oleh Nabi Sulaiman. Hasil otak atik dan cocokologi sang pakar ternyata berlandaskan pada pengetahuan matematika. Sebagaimana kita pahami, Candi Borobudur jelas bersifat agama Buddha. Ini terlihat dari arca-arca dan stupa-stupa yang terdapat di  atas candi, termasuk beberapa relief cerita Buddhis di badan candi. Candi Borobudur juga dipengaruhi kebudayaan India seperti tergambar dari tulisan-tulisan pendek berbahasa Jawa Kuno, yang berasal dari Bahasa Sansekerta.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Meskipun demikian, pendapat tentang Candi Borobudur dibangun oleh Nabi Sulaiman banyak didukung oleh para simpatisan, yang tentu saja bukan kalangan sejarawan dan arkeolog. Bahkan buku tentang hal-hal aneh itu, seperti Sulaiman menjadi nama Sleman dan Ratu Saba menjadi nama Wonosobo, cukup laris di pasaran.

Selain banyak piramida yang di dalamnya berisi emas, sebuah komunitas juga mengklaim telah berhasil memetakan dan mendokumentasikan puluhan jenis aksara purba asli Nusantara. Sayang metode tersebut menggunakan dupa dan menyan. Sejak itu di berbagai lokasi di Jawa Barat sering “ditemukan” prasasti yang dihubungkan dengan Kerajaan Sunda kuno.

Prasasti yang paling “fenomenal” ditemukan di Sukabumi pada 2011. Berita di berbagai media massa begitu gencar. Namun setelah diteliti oleh para arkeolog, ternyata aksara aneh itu berupa aksara Latin yang distilir sedemikian rupa sehingga terkesan tulisan kuno.

Pada 2011 juga media cetak dan media elektronik banyak memberitakan arca kuno kecil berusia berabad-abad milik seorang kolektor. Beritanya begitu heboh karena dikatakan harga jual arca sekitar 60 milyar. Saking “uniknya”, oleh pemiliknya arca nandi (karena berbentuk lembu) tersebut dinamakan “mahanandi”. Blunder besar dibuat si kolektor karena “arca 60 milyar” itu dipamerkan dalam acara Pertemuan Ilmiah Arkeologi. Ekornya yang patah menunjukkan arca mahanandi itu buatan seorang pengrajin di daerah Trowulan.

Sebenarnya masih banyak berita hoax di dunia arkeologi. Diyakini, sebagian bermotif iseng-iseng dan sebagian bermotif ekonomi. Semoga pada masa kemudian tidak ada lagi berita hoax.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun