Disayangkan, sebenarnya kita pernah melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan  (AMDAL) dan Studi Kelayakan Arkeologi (SKA) untuk pembangunan proyek-proyek besar. Ironisnya, sejak beberapa tahun lalu AMDAL dan SKA tidak digubris lagi. Akibatnya pembangunan main hantam saja.
Hari-hari ini kita cuma bisa berharap kepada anggota masyarakat yang memberi perhatian lebih kepada berbagai tinggalan kuno. Mereka selalu melakukan perlawanan karena kecintaan kepada leluhur. Kita harapkan komunitas pelestari sejarah dan budaya akan bergandengan tangan untuk menyelamatkan peninggalan leluhur di mana pun berada.
Situs Kumitir
Ironis, pengrusakan situs arkeologi selalu terjadi di mana-mana. Pagi ini, 8 April 2017, dilaporkan bata-bata kuno di situs Kumitir, Trowulan, sedang diambili beberapa warga. Pedih menerima kabar tersebut. Menurut info sebuah bata dihargai Rp3000. Â Â
Kejadian seperti ini memang sudah lama terjadi tanpa bisa dibendung. Kemiskinan menjadi inti permasalahan. Di lingkungan Trowulan pendirian pabrik dilarang. Jadi lapangan kerja terbatas. Terpaksa mereka bekerja sebagai petani dan pembuat bata. Padahal membuat bata saja sudah merusak lingkungan Trowulan yang padat situs kuno.
Tentu saja pemerintah setempat perlu turun tangan untuk menyelamatkan tinggalan-tinggalan kuno.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H