Nah, bagaimana kalau ditemukan lebih dari satu prasasti di lokasi yang sama? Dulu, di daerah Kedu pernah ditemukan tiga prasasti sekaligus. Maka untuk membedakannya diberi nama Mantyasih I, Mantyasih II, dan Mantyasih III. Ada juga prasasti yang tertulis pada dua muka, seperti pada Prasasti Panggumulan. Untuk membedakannya disebut Panggumulan A dan Panggumulan B.
Seorang epigraf, misalnya, pernah menyebut Prasasti Gedangan, karena ditemukan di Desa Gedangan, Sidoarjo. Tapi oleh epigraf lain dinamakan Prasasti Kancana, karena menyinggung bangunan suci Kancana. Epigraf selanjutnya mengidentifikasi sebagai  Prasasti Bungur, karena isinya berupa penguatan daerah Bungur sebagaisima. Eh ternyata Gedangan, Kancana, dan Bungur mengacu pada satu prasasti yang sama.
Begitulah, ada-ada saja yah kalau peneliti memberi nama pada prasasti kuno. Kadang terdengar lucu dan kadang aneh buat masyarakat awam.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H