Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Permainan Egrang yang Hampir Punah

18 Desember 2016   05:57 Diperbarui: 18 Desember 2016   13:25 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan sekaligus perlombaan egrang (Sumber: kompas.com)

Di kalangan masyarakat Betawi, egrang dimainkan saat karnaval dengan berjalan bersama iring-iringan boneka ondel-ondel. Saat perayaan kemerdekaan RI, masyarakat Betawi pun kerap melombakan permainan egrang. Dulu egrang dimainkan sebagai arak-arakan saat musim panen tiba, terutama di kawasan Betawi pinggiran, seperti daerah Pondokrangon, Cipayung, Cileduk, Joglo, dan kawasan lain yang mata pencaharian penduduknya sebagai petani. Di Jawa tradisi memainkan egrang selalu dilakukan masyarakat Surakarta saat festival kebudayaan di daerah setempat.

Mungkin karena faktor geografi dan sulit mencari hiburan, maka permainan egrang cukup terkenal di Suku Kaili, Sulawesi Tengah. Di sana disebut tilako, terbuat dari bambu dan pelepah sagu atau tempurung kelapa. Tilako merupakan gabungan dari dua kata, yaitu 'ti' (awalan yang menunjukkan kata kerja) dan 'lako' (langkah atau jalan). Sementara oleh Suku Rai disebut kalempa, 'ka' (kata awalan yang menunjukkan kata kerja) dan 'lempa' (langkah). Pada suku-suku ini aturan permainan egrang dibagi menjadi dua, yaitu perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu.

Egrang Bathok
Selain dari bambu, anak-anak masyarakat Jawa masa lalu juga mengenal egrang bathok. Egrang ini dibuat dari bahan dasar tempurung kelapa dipadukan dengan tali plastik. Dolanan egrang bathok dimainkan oleh anak laki-laki dan anak perempuan. Permainannya pun cukup mudah, kaki tinggal diletakkan di atas masing-masing tempurung, kemudian satu kaki diangkat, sementara kaki lainnya tetap bertumpu pada batok lain di tanah seperti layaknya berjalan.

Di mancanegara permainan egrang juga ada, misalnya di India dan Jerman. Di Eropa permainan egrang kadang kala dipadukan dengan hiburan, lewat pertunjukan badut-badut sirkus. Dengan egrang yang tersembunyi badan mereka tampak tinggi sekali. Mereka mampu bersalto dan berloncatan ke sana ke mari.***

Penulis: Djulianto Susantio (dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun