Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenalkan Dunia Arkeologi kepada Anak-anak Lewat Wahana Edukasi

10 Desember 2016   05:51 Diperbarui: 11 Desember 2016   11:28 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekskavasi oleh arkeolog bukanlah sembarang menggali seperti yang sering dilakukan kuli bangunan. Ekskavasi mempunyai teknik dan sistem ilmiah sehingga tidak merusak data arkeologi yang serba terbatas itu.

Bagaimana mengupas tanah, membersihkan benda temuan, melakukan dokumentasi, menganalisisnya di laboratorium, merekonstruksi benda-benda pecah, dan memamerkannya di dalam museum harus diterangkan secara detil. Perjalanan benda-benda arkeologi sejak masih berada di dalam tanah hingga tersaji dalam lemari etalase museum itulah yang patut diketahui masyarakat.

Perlu dijelaskan pula kepada mereka, menangani suatu temuan arkeologi membutuhkan waktu lama. Meneliti suatu benda memerlukan kajian mendalam. Melalui cerita yang menarik dan sederhana, diharapkan masyarakat akan paham bagaimana para arkeolog bekerja di lapangan dan di kantor.

Sebaiknya museum memiliki ruang khusus untuk praktek arkeologi para siswa. Harus disediakan pula berbagai perangkat kerja arkeologi, seperti tanah dan replika benda-benda arkeologi. Praktek itu harus bersifat edutainment, artinya pendidikan melalui permainan.

Karena adanya “benda-benda temuan” itu, tentu murid akan lebih mudah menyerap pengetahuan yang diberikan. Pembuatan laboratorium arkeologi mini dapat dilakukan oleh museum-museum besar dan kecil sepanjang memiliki koleksi arkeologi.

Dengan menjadi arkeolog amatir, bukan tidak mungkin derajat arkeologi dan museum terangkat olehnya. Di Inggris sudah lama dilakukan penyuluhan arkeologi yang kontinyu disertai perekrutan tenaga-tenaga arkeolog amatir cilik. Di sana disiplin Public Archaeology atau Arkeologi Publik sudah berkembang dengan baik. Karena itu mereka mampu membawa citra arkeologi dan museum ke tingkat internasional. Mudah-mudahan kita bisa demikian, sehingga kekayaan budaya kita tidak akan lari lagi ke mancanegara atau digondoli pencuri barang antik. Justru semakin terlindungi karena masyarakat mulai terapresiasi dengan arkeologi dan museum.

Kidzania
Apa yang dilakukan Kidzania Jakarta sungguh menarik. Pusat rekreasi anak ini beberapa bulan lalu membuka wahana baru bernama Combantrin Archaeological Site Kidzania Jakarta. Di wahana ini, anak-anak mendapat kesempatan mengenal dunia arkeologi dan paleontologi.

"Kami melakukan research sebelumnya untuk mengemas wahana ini menjadi wahana edukasi yang menarik untuk anak," kata Chief Marketing Officer Kidzania Jakarta Faisal Reza, Kamis, 14 Juli 2016, sebagaimana ditulis dalam laman tempo.co.

Sebagai pusat rekreasi anak berkonsep edutainment—mendidik sekaligus menghibur—wahana baru ini menyuguhkan petualangan yang menyenangkan. Sebelum memulai petualangan menjadi arkeolog dan paleontolog, anak-anak akan mengenakan baju safari lengkap dengan topi bulat ala arkeolog di lapangan. Mereka mendapat satu set alat ekskavasi, seperti sekop dan beberapa kuas berbagai ukuran. Setelah itu diberi penjelasan tentang dunia arkeologi dan paleontologi, seperti apa pekerjaannya, apa saja yang ditemukan di lapangan nanti, dan tugas-tugas yang harus dilakukan saat penggalian (sumber).

Setelah menggali dan menemukan artefak atau ekofak berupa fosil hewan pada kotak galian, anak-anak akan membawa temuan mereka ke laboratorium arkeologi. Mereka kemudian menyusun temuan-temuan yang menyerupai puzzledan menganalisis temuan lewat buku-buku yang tersedia di laboratorium tersebut.***

Penulis: Djulianto Susantio

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun