Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lirik Lagu Indonesia Raya Mengandung Alur Filosofi yang Berkesinambungan untuk Persatuan Indonesia

31 Oktober 2016   15:03 Diperbarui: 3 November 2016   05:54 2295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syair lagu Indonesia Raya pada acara itu dibahas oleh seorang akademisi IPB yang khusus mendalami syair lagu Indonesia Raya, Gunawan Wiradi (82). Ternyata kata 'pandu' dalam syair lagu kebangsaan Indonesia ini, memiliki makna yang sangat dalam. Namun sayangnya kondisi Indonesia saat ini tidak mencerminkan hal dimaksud.

Perlu ditekankan di sini, kata Gunawan, masalahnya bukan sekadar hafal-menghafal lirik lagu seperti anak kecil, melainkan bagaimana sikap kita terhadap lagu kebangsaan sebagai simbol identitas bangsa.

Selanjutnya ia mengatakan, “Jika dicermati, lirik lagu Indonesia Raya itu, dari stanza I sampai dengan stanza III itu, bukanlah sekadar rekaan-rekaan sajak agar enak didengar, melainkan mengandung alur filosofi yang berkesinambungan. Kunci untuk memahami hal ini bisa dilihat dari lirik baris 4, 5, dan 6 dari setiap stanza”.

Stanza 1
Stanza 1
Stanza-2
Stanza-2
Stanza 3
Stanza 3
Direkam Yo Kim Tjan

Hilmar bercerita, pada awalnya rekaman lagu Indonesia Raya berbentuk keroncong. Pada masa pendudukan Jepang, rekaman lagu berubah. Uniknya, karena pemerintah Belanda “takut” akan lagu Indonesia Raya, maka mereka mencatat segala pelanggaran penduduk. Jangankan menyanyikan, menyenandungkan pun dilarang. Tapi ada segolongan masyarakat yang bandel. Para pandu, kalau melewati rumah pejabat Belanda, hampir selalu menyenandungkan Indonesia Raya. Tapi begitu pejabat Belanda keluar, mereka kabur.

Soal lagu Indonesia Raya versi keroncong, saya pernah diperdengarkan oleh Udaya Halim sekitar 2-3 tahun lalu. Udaya adalah pemilik Museum Benteng Heritage di kawasan Pasar Lama Tangerang. Ia memiliki piringan hitam tersebut. Seingat saya, salinan lagu tersebut pernah diberikan kepada Agus Nugroho, yang ketika itu menjabat Kepala Museum Sumpah Pemuda.

Menurut cerita Udaya, W.R. Soepratman pernah berkata kepada Yo Kim Tjan untuk merekam lagu Indonesia Raya satu tahun sebelum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.  W.R. Soepratman dan Yo Kim Tjan  merupakan kawan dari satu kelompok popular orkestra yang sama.  Udaya mendapatkan cerita itu dari putri bungsu Yo Kim Tjan, Kartika pada tahun 2015 setelah melakukan riset selama tiga tahun.

Piringan hitam tersebut masih disimpan oleh Yo Kim Tjan sampai 1957. Yo Kim Tjan menyimpan piringan hitam asli tersebut sesuai dengan pesan W.R. Soepratman sebelum meninggal pada 1938. “Tolong dijaga, Pak Yo. Ini untuk kemerdekaan kita,” wasiatnya. Sayangnya, piringan hitam asli beserta ratusan salinan disita oleh Jendral A.W.S Mallaby. Pada 1950 Presiden Soekarno meminta Belanda untuk mengaransemen lagu Indonesia Raya menjadi versi mars yang kita nyanyikan saat ini.

Saya dengar ada yang meragukan biola asli W.R. Soepratman itu KW-1 atau KW-2. Soalnya, ada info bahwa Ibu Sud, yang dikenal sebagai pencipta lagu anak-anak, pernah melihat di kongres pemuda itu ada dua biola. Nah, PR buat sejarawan nih. Sejauh mungkin harus melacak jejak biola W.R. Soepratman.

Beberapa anggota Kelompok Pencinta Museum Indonesia (Dok. Kelompok Pencinta Museum Indonesia)
Beberapa anggota Kelompok Pencinta Museum Indonesia (Dok. Kelompok Pencinta Museum Indonesia)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada acara tersebut menyampaikan seruan agar lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, memulai dan mengakhiri setiap pelajaran dengan menyanyikan lagu-lagu nasional.

Sementara Purwacaraka meminta agar pemerintah menetapkan nada dan kunci untuk lagu Indonesia Raya. Selama ini dikenal kunci G (karena memakai biola) dan kunci F. “Sebaiknya lagu yang resmi itu dimasukkan dalam website. Dengan demikian instansi atau masyarakat yang membutuhkan, bisa mengunduh secara cepat,” demikian usul dari Purwa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun