Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhadjir Effendy: Kebudayaan akan Memayungi Pendidikan dan Libur Sabtu di Seluruh Indonesia

28 Oktober 2016   19:44 Diperbarui: 30 Oktober 2016   07:07 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaran Kencak dari Lumajang, kuda-kuda dilatih menari dan dihias sehingga mirip sirkus (Dokpri)

Baru saja memasuki Gedung Kesenian Jakarta di bilangan Pasar Baru, Kamis sore, 27 Oktober 2016, alunan musik tradisional sudah terdengar. Untung hari tidak hujan, meskipun beberapa jam sebelumnya beberapa wilayah Jakarta sempat diguyur gerimis. 

Randai Kuantan dari Riau, Jaran Kencak dari Jawa Timur, dan Tari Angguk dari Yogyakarta saat  mentas di halaman depan Gedung Kesenian Jakarta. Para undangan pun memandang kagum, sambil menonton, memotret, dan mengobrol dengan sesama teman. Ya, hari itu Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyelenggarakan acara bertajuk “Perayaan dan Penyerahan Sertifikat Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016”.  

Acara memang sengaja dibuat seperti itu. Sebelum para undangan memasuki gedung, mereka disuguhi beberapa pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda tahun ini. Selain itu, para undangan bisa menikmati bir pletok dari Jakarta dan bakpia dari Yogyakarta. 

Sekitar pukul 18.00 para undangan dipersilakan masuk gedung sambil makan malam.Tersedia beberapa makanan, seperti Lodho (Jawa Timur), Soto Betawi dan Gado-gado Betawi (Jakarta), Angeun Lada (Banten), dan Binthe Biluhuta (Gorontalo). Saya sempat mencicipi makanan-makanan ini. Ada beberapa lagi yang tidak sempat saya cicipi berhubung perut sudah kenyang. Kopi Gayo merupakan minuman terakhir yang masuk perut saya, maklum ada rasa penasaran. Oh ya, saya  mengantongi roti buaya kecil, makanan khas Betawi. Hehehe...ikut-ikutan orang di depan saya.

150 karya budaya

Tahun ini terdapat 150 karya budaya yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda.  Jumlah itu merupakan hasil seleksi dari  474 karya budaya yang masuk. Setelah dilakukan seleksi administrasi, dihasilkan  270 karya budaya. Seleksi administrasi yang dilakukan oleh tim ahli berupa kelengkapan dan kelayakan daya pendukung seperti foto, video serta kajian akademis. Pada rapat koordinasi ketiga, ditetapkan sebanyak 150 karya budaya masuk ke dalam Warisan Budaya Takbenda.

Jaran Kencak dari Lumajang, kuda-kuda dilatih menari dan dihias sehingga mirip sirkus (Dokpri)
Jaran Kencak dari Lumajang, kuda-kuda dilatih menari dan dihias sehingga mirip sirkus (Dokpri)
Kegiatan penetapan ini bertujuan untuk melindungi budaya takbenda di Tanah Air. Setelah ditetapkan, maka pemerintah daerah berkewajiban melindungi dan melestarikan karya budaya tersebut. Begitu kata Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Kemdikbud, Nadjamuddin Ramly.

Pada 2013, Kemdikbud menetapkan 77 karya budaya menjadi Warisan Budaya Takbenda. Kemudian pada 2014, sebanyak 96 karya budaya dan pada 2015 sebanyak 121 karya budaya. Jadi sudah lumayan banyak. Daftar karya budaya 2016 berhasil saya copy-kan dari Kompas edisi 28 Oktober 2016 ini. 

Daftar Warisan Budaya Takbenda 2016 (Sumber: Kompas, 28 Oktober 2016)
Daftar Warisan Budaya Takbenda 2016 (Sumber: Kompas, 28 Oktober 2016)
Ketua Tim Ahli Warisan Budaya Takbenda Indonesia Pudentia MPSS mengatakan terdapat 15 kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam menetapkan suatu karya budaya, seperti karya budaya itu merupakan identitas budaya dari satu atau lebih komunitas budaya dan memiliki nilai budaya yang dapat meningkatkan kesadaran akan jati diri dan persatuan bangsa.

"Karya budaya itu memiliki kekhasan, tradisi hidup, serta dapat memberikan dampak sosial ekonomi dan budaya, mendesak untuk dilestarikan, menjadi sarana untuk pembangunan yang berkelanjutan, yang keberadaannya terancam punah, dan sebagainya," kata Pudentia.

Gado-gado Betawi, lanjut Pudentia, ditetapkan menjadi warisan budaya karena memiliki sejarah yang panjang. Pasalnya suku Betawi berasal dari berbagai macam etnis seperti Portugis, Tiongkok, Jawa, Sunda, dan Betawi itu sendiri. Demikian kutipan dari laman Tempo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun