Kelemahan sistem ini, sering terjadi calon penumpang yang datang terlebih dulu terhambat masuk karena bertumpuk di pintu depan. Sebaliknya calon penumpang yang datang belakangan bisa masuk lebih dulu lewat pintu belakang. Untuk turun di sebuah halte pun kadang bermasalah, terlebih halte yang belum diperluas. Saya pernah menggunakan bis gandeng dan duduk di belakang. Ketika turun harus menggunakan pintu depan. Bayangkan terpaksa jalan perlahan di antara penumpang yang berdesakan.
Soal antrean pun kadang menyebalkan. Ketika saya mau menuju Harmoni, calon penumpang di depan seperti enggan memberi akses jalan. Mereka memang bergerombol di depan karena menunggu bis rute Kalideres. Begitulah kalau pada pintu yang sama, menunggu bis dengan tujuan berbeda. Sekali lagi, manajemen transportasi Transjakarta masih belum bagus.
Menurut saya, ada beberapa hal yang harus diperbaiki oleh manajemen Transjakarta. Ini di luar penambahan armada bis yah.
Pertama, manajemen waktu, artinya perlu ada pengaturan jadwal keberangkatan dari halte awal. Misalnya setiap tiga menit waktu jam sibuk dan setiap lima menit waktu jam senggang.
Kedua, manajemen antre, artinya antrean harus memanjang, bahkan melingkar agar masyarakat disiplin.
Ketiga, manajemen rute, artinya cukup dibuat rute sesuai pelaksanaan awal, misalnya Pulogadung – Harmoni. Jangan diperluas atau diperpanjang menjadi Pulogadung – Kalideres. Jadi masyarakat pengguna tidak perlu tanya-tanya lagi, seperti selama ini terjadi. “Harmoni yah Mas” atau “Kalideres yah Mas”. Bagaimana kalau penumpang mau turun di halte Senen? Naik ke Harmoni bisa, ke Kalideres bisa.
Nah, soal budaya antre, ada tulisan menarik di internet. Tulisan ini banyak di-share lewat Facebook. Ternyata budaya antre memiliki banyak manfaat, yakni:
- Belajar manajemen waktu. Jika ingin mengantre paling depan, harus datang lebih awal.
- Belajar bersabar menunggu giliran tiba, terutama jika ia berada pada antrean paling belakang.
- Belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal.
- Belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
- Belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantre (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantre).
- Belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrean.
- Belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
- Belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrean belakang.
- Belajar disiplin, teratur, dan kerapian.
- Belajar memiliki rasa malu, jika ia menyerobot antrean dan hak orang lain.
- Belajar bekerja sama dengan orang-orang yang ada di dekatnya jika sementara mengantre harus keluar antrean sebentar untuk ke kamar kecil.
- Belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
Penambahan
Sebenarnya keberadaan bis Transjakarta akan mampu mengatasi kemacetan parah di ibu kota. Namun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Pertama, jumlah armada bis Transjakarta ditambah dari tahun ke tahun. Memang Pemprov DKI Jakarta akan kewalahan menyediakan anggaran. Untuk itu Pemprov bisa minta bantuan para pengusaha untuk membentuk konsorsium. Merekalah yang akan membeli bis dari berbagai negara. Karena untuk kepentingan masyarakat banyak, mintalah bebas bea kepada pemerintah pusat.
![Bus gandeng memiliki tiga pintu (Sumber: www.transjakarta.co.id)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/10/24/transjakarta-2-580dd03fb493736a21cb9f8b.jpg?t=o&v=555)
Kemacetan Jakarta bisa berkurang, asalkan pembenahan transportasi benar-benar diperhatikan. Kunci utamanya adalah perbanyak bis Transjakarta dan sterilisasi jalur-jalurnya. Dengan manajemen yang semakin baik, saya percaya—siapapun gubernurnya—kemacetan Jakarta akan berkurang.