” Kalo di kotak perhiasan ini, koq cuma gelang itu yang diambil ? ” tanyaku lagi
” Ya nggak tau ! ” jawab istriku sambil menganggkat bahu dan menggerakkan tangan pertanda tidak tahu.
Sembilan bulan kemudian pencurinya tertangkap dan dilakukan rekonstruksi di rumah saya dan saat itu saya bertanya kepada si pencuri apa saja yang diacuri dari rumah saya.
” Di rumah bapak tidak ada barang yang berharga selain gelang yang saya curi ! ” kata si pencuri.
” Lho!, kamu kan ambil gelang itu di tempat perhiasan, kenapa perhiasan yang lain tidak kamu ambil ?” tanyaku lagi
” Nggak ada perhiasan lain, yang saya lihat cuma ada gelang itu ! ” tambah si pencuri
Padahal di kotak itu banyak perhiasan dan barang berharga lainnya, sedangkan belakang rumah saya yang sama-sama kecurian dengan pencuri yang sama jumlah barang yang dicuri mencapai tiga puluh kali lipat dari nilai kehilangan saya.
Saya dan istri saling berpandangan sambil berucap ” Subhanallah, Alhamdulillah ” seraya mengelus dada. Ternyata jumlah kerugianku hanya sebuah gelang senilai tiga jutaan, setara dengan jumlah yang direncanakan untuk membayar zakat kendaraan. Entah berapa besar kerugiannya jika saja, kami saat itu tidak ada niat untuk membayar zakat kendaraan,
Sebulan kemudian kami sekeluarga menjadi saksi di pengadilan atas kasus tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H