Mohon tunggu...
MD Kelana
MD Kelana Mohon Tunggu... -

apa aja

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjaga Marwah Presiden Melalui Target 1,36 Quadriliun

16 Februari 2016   21:58 Diperbarui: 25 Desember 2016   21:15 17324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo. Elshinta

Pagi ini pagi yang hambar, tak ada yang berbeda. Seperti biasanya, Pakde Karyo bersantai menyeruput es kopi Vietnam sambil mbaca Koran online di tablet 7 inci-nya. Sebagai seorang pedagang, berita-berita ekonomi jadi santapan pagi bagi pakde Karyo. Tapi memasuki bulan kedua tahun 2016 ini sepertinya geliat ekonomi di tanah air sedang stagnan, apalagi berita tentang pajak. Pakde karyo pun heran, padahal bulan depan sudah masuk Maret, bulannya lapor SPT.

Pakde Karyo sedang galau, alasannya sudah hampir 2 bulan dia belum bayar pajak. Sebenarnya bukan Pakde Karyo nggak mau bayar pajak, tapi dia sudah berulang kali datang ke kantor pos  tempat Pakde Karyo biasa mbayar pajak, berkali pula dia ditolak dengan alasan sudah tak bisa lagi membayar pajak di kantor pos, kata pegawai kantor pos sekarang mbayar pajak harus via internet atau atm, namanya EBILLING.

Duh, internet? Untuk urusan nyetel tablet dan hape barunya aja pakde Karyo harus minta tolong Fauzan, remaja tanggung anak pak RT di kampungnya, apalagi disuruh mbayar pajak lewat internet? Pakde Karyo makin pusing.

Kalo udah kayak gini, mau nggak mau Pakde harus minta tolong sama Dulah, anak semata wayangnya yang bekerja sebagai pegawai pajak di pelosok Sulawesi. Sebenarnya Pakde nggak pengen bikin repot anaknya sendiri. Dulu waktu lebaran, anaknya itu sudah ngajarin cara ngisi SPT, cara lapor SPT, juga ngisi SSP buat nyetor pajak di bank. Malah si Dulah nasehatin Pakde Karyo:

“Pak’e, mbayar pajak itu perjuangan kita sebagai warga negara, pendahulu kita udah berjuang lewat perang gerilya, mosok tinggal setor n lapor pajak sendiri aja bapak mesti pake konsultan, kan sayang uangnya. Ingat lho pak, mbayar pajak itu di kantor pos atau bank ya pak, bukan di kantor pajak.”

Tapi mau gimana lagi, mbayar pajak sekarang semakin sulit, sama sulitnya ketika si Dulah ditanya gimana proses permohonan pindahnya ke Klaten agar bisa kumpul dengan Pakde Karyo sekeluarga. Kata Dulah, atasan sudah mengusulkan dirinya untuk pindah ke kampung halaman, tetapi Surat Keputusan urung bisa ditandangani, kabarnya Ditjen Pajak masih belum punya pimpinan resmi.

Nah, kabar dari Dulah ini bikin Pakde Karyo makin bingung. Mosok organisasi seperti Ditjen Pajak masih belum punya pimpinan? Lha terus yang kemaren katanya sempat sakit gara-gara sibuk begadang melototin angka penerimaan saban hari diakhir Desember tahun 2015 yang lalu itu siapa? Trus yang katanya menteri keuangan berhasil mengumpulkan pajak di atas 1000 Triliun itu, Ditjen Pajak dipimpin siapa? Terus yang kemaren menggerakkan seluruh pegawai DJP ngumpulin lebih dari 200 Triliun dalam 2 bulan terakhir tahun 2015 itu siapa? 

“Oh, itu cuman pelaksana tugas pak’e” Dulah menjelaskan. “Pelaksana tugas itu jadi pimpinan DJP cuman sementara sampai nanti pejabat definitif ditetapkan sama Presiden Jokowi. Masalahnya, ada banyak keputusan dan kebijakan yang ndak boleh ditandatangani oleh pelaksana tugas, ya seperti SK pindahku ini lho pak, belum lagi masalah-masalah kebijakan pajak di kantor pusat.”

“Lha kalo gitu, kenapa nggak cepat-cepat ditetapkan gitu loh Dul, katanya targetmu naik lagi tahun ini? Mosok ya pamarentah itu mau jatuh di jurang yang sama. Bukannya tahun 2015 lalu milih Dirjen juga berlarut-larut sampai Februari”.

“Aduh dul dul. Apa mereka nggak pernah denger mbah Einstein dulu bilang: Melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan mengharapkan hasil yang berbeda adalah sebuah kegilaan?”

Pakde Karyo kemudian mengenang masa-masa tegang yang diceritakan Dulah bulan November 2015 lalu. Bosnya Dulah mengundurkan diri. Gosipnya, Dirjen Pajak waktu itu menyerah dengan performa penerimaan pajak yang kalo dihitung-hitung cuma mencapai 82%. Tapi, kabar dari intel tetangga pakde Karyo yang kerja di Senayan, mundurnya Dirjen Pajak disebabkan karena tidak tahan dengan tekanan politik dari anggauta dewan yang memaksakan RUU Pengampunan Nasional, padahal waktu itu bosnya Dulah cuma ngusulin tentang RUU Tax Amnesty.

Dulah juga sering curhat tentang kebijakan kementeriannya yang terlalu pro dengan pengusaha, juga sering super reaktif dengan feedback wajib pajak di media social. Seingat pakde Karyo, dia pernah mbaca berita kalo jalan Tol bakal dikenain PPN, netizen pun riuh dengan protesnya, akhirnya Menteri Keuangan mbatalin kebijakan PPN jalan Tol. Itu juga yang terjadi waktu petugas pajak diberitakan bakal menyisir kos-kosan dan rumah sewa di bawah 10 kamar, netizen berkomentar negative hingga kebijakan itu pun ditunda, padahal aturannya sudah ada di UU KUP jaman baheula. Pakde Karyo pun cuma bisa hah hoh hah hoh ketika Dulah berkeluh kesah. Jadilah sekarang Dulah dianggap kurang rajin bekerja, kurang semangat, maka vitamin yang dibagi di awal tahun 2015 lalu dipotong seperlimanya. Pakde Karyo heran padahal usaha keras anaknya nyata-nyata berbuah pertumbuhan di atas 10%, justru di saat ekomoni melambat, harga minyak jatuh, dan rupiah yang tergerus hingga Rp 14.000. 

Pasca ribut-ribut mundurnya Dirjen Pajak November 2015 itu, pakde Karyo kemudian sempat asyik menikmati berita-berita ekonomi jelang tahun berakhir. Ada yang bilang kas Negara kosong. Ada yang bilang utang pemeritah Presiden Jokowi dalam 1 tahun, lebih besar daripada utang pemerintahan Soeharto selama 32 tahun. (kalo yang ini pakde Karyo mahfum, mungkin yang nyebar berita sedikit kurang paham dengan angka inflasi).

Tapi yang bikin Pakde Karyo terkaget-kaget, katanya Presiden bisa dijatuhkan parlemen, kalau kinerja Dirjen Pajak loyo ndak bisa mencapai 80% plus pemerintah nggak bisa melakukan penghematan anggaran yang diperlukan, kemudian angka defisit anggaran di APBN menyentuh angka 3%.

Duh, Pakde Karyo nggak kebayang, gimana malunya pemerintahan, jika dijatuhkan karena performa anggaran dan belanjanya tak mumpuni. Pakde Karyo nggak habis pikir kenapa pegawai pajak macam Dulah anaknya itu tega-teganya bikin posisi Jokowi, presiden kebanggaannya itu terancam. Sesulit itu kah mengumpulkan pajak di Indonesia sampai-sampai harus bikin hati Presiden dan Menteri Keuangan dag dig dug serr ngeliat kondisi penerimaan pajak di triwulan akhir tahun anggaran?

“Anakmu ini sudah mbanting tulang pak e, subuh ke kantor, siang ke pasar, sore ke mal, malam ngelembur absen sidik jari yang paling cepat jam 7 malam, sampe rumah bar jam 10. Tapi ya gimana? Mau blokir rekening WP yang nakal aja harus ijin Menteri. Minta data ke PPATK adanya data yang gelondongan, nggak bisa diapa-apain pak. Belum lagi kalo ada pengusaha-pengusaha yang dibekingi pejabat, bikin makin pusing pak. Akhir tahun kemaren aja kita dibantu banget dengan kebijakan revaluasi asset, telat pak, coba itu diterapkan sejak awal tahun. Semua kebijakan di DJP kan ujung-ujungnya lewat Menteri, pasti banyak pertimbangan politis dan ekonomisnya. Pusing daku pak’e, pengen simpel tapi birokrasinya berbelit bin beribet”

Pakde Karyo tertegun dan berkesimpulan, jangan-jangan, memang ada pihak yang ingin menjatuhkan Presiden Jokowi, sosok yang selama ini dikagumi pakde Karyo. Satu-satunya presiden yang bikin Pakde Karyo sujud syukur waktu beliau dilantik MPR.

Jangan-jangan, kondisi hal ihwal pajak dan Ditjen Pajak ini, sengaja dibuat gila, mengacu pada ungkapan Mbah Einstein sebelumnya, disengaja untuk mengulang-ulang kesalahan yang sama, dengan mengharap hasil yang berbeda.

Jangan-jangan, itu sebabnya, hingga detik ini belum ditetapkan Dirjen Pajak definitif, agar kegagalan tahun 2015  kembali terulang, kemudian defisit anggaran mencapai 3%, lalu pak presiden dan menteri kembali dag dig dug di bulan-bulan akhir tahun 2016.

Semoga tidak. Semoga segera ada kepastian tentang penetapan Dirjen Pajak oleh Presiden Jokowi. Karena target pajak 1,36 Quadriliun (1360 Trilun), bukanlah angka yang kecil dan mudah untuk dicapai.

Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun