Mohon tunggu...
Djonny Sahat
Djonny Sahat Mohon Tunggu... -

Praktisi dan pengamat teknologi dan lain lain. S2 University of Auckland djonnyss@gmail.com Special Interest: Phylosopy desain, desain aura

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ketika Saya Meminta 10 M untuk Membereskan Transjakarta Once and for All

14 November 2014   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya meminta 10 M untuk membereskan Trans Jakarta.

10 Milyar kelihatannya besar, tapi bila dibanding dengan nilai APBN dan korupsi yg dilakukan oleh “oknum”beserta permainan permainan ygmembuat kondisi Negara tetap begini begini aja, kemacetan Jakarta tetap saja ada dari jaman Suharto... Setelah pemerintahan Jokowi njuga apakah bias dijamin bahwa factor factor kesusahan akan berlalu meskipun ada tanda tanda positif diawal pemerintahan.

Jika trans Jakarta solid maka yang terjadi adalah pengurangan jumlah pengguna kendaraan bermotor dengan sendirinya. Tidak perlu pengguna jalan dipaksa paksa dengan peraturan peraturaturan nyg bersifat membatasi karena alternative yg tersedia mumpuni. Juga terjadi penghematan bbm secara nasional , belum lagi penurunan emisidan suhuyg terjadi secara otomatis. Belum lagi kalau kita berbicara mengenai sociocultural yg tercipta , Akan terbentuk masyarakat menengah kebawah nyg kuat…bukankah itu definisi masyarakat madani…

Persoalannya trans Jakarta saat inibanyak titik lemahnya. Diruas tretentu saya lebih memilih turun dan menaiki kopaja. Ini tentu nberhubungtan pemilihan bus yg dilakukan olehorang yg kurang ahli dalamnya. Memang beberapa armada telah dilakukan peremajaan , tapi kalau peremajaan dilakukan pada komponen yg tidak tepat akr permasalahan tidak akan tersentu.

10 milyar memang kelihatan banayak, tapi dengan jabaran diatasdampaknya bisa massive.Bertahun tahunAPBN digelontorkan tapi banyak hal yg masih ghini ghini aja. Jakarta masih nlebih kejam dari ibu tiri. Scania memang diatas kertas kelihatan merupakan solusi ,…tapi kan harganya 2 kali lipat. Bayangkan datangkan 30 armada saja kelebihannya sudah 90 M (lagian saya belum pernah mencobanya). Tapi kalu hanya untuk ruas tertentu tidak akan mengcover keseluruhan rute , sehingga akar permasalahan alias titik lemah tidak terkoreksi. Disin I letak kunci penyelesaian persoalan di TJ , bagaimana menyelesaikan secara menyeluruh.

Di kompasiana saya pernah meramalkan bus TJ akan terbakar lagi www.spdi.eu/bus-trans-jakarta-akan-terbakar-lagi-part

Tulisan yg kemudian saya hapus karena suatu hal.

Mungkin alas an inilah yang membuat Negara dibuat stagnan. Karena untuk keputusan yg nilainya massive ini gaji seorang pemikir kalau melewati suatu jalur standar tidak akan menguntungkan. Sebagai contoh kasus Udar Pristono dan suatu lembaga bpenelitian di Indonesia. Mungkin mereka berfikir kalau nanti Indonesia dibikin maju ,merka nda akan dapat apa apa. Diatas kertas konsultasi mengenai pengadaan bus ini sangat krusial, kalau hasilnya optimal maka akan tercipta masyarakat seperti yang dijabarkan diatas.Tapi mungkin hasil buah pikiran mereka tidak mendapatkan rewarde seperti jumlah uang dan kondisi yg diselamatkan, maka terjadilah permainan. Yng menjadi persoalan bus yg pilih cacat sehingga jika dibiarkan akan akan menjadi nbangkai…

Di republic ini itu suatu contoh bahwa transaksi terang banyak sisi gelapnya yg pada akhirnya merugikan rakyat dan Negara. Jadi wajar kalau saya meminta 10 M untuk menyelesaikan polemik trans Jakarta. Apakah ini lewat transaksi gelap?Tidak juga ..bukankah media merupakan bukti resmi alias legal. Jaman sekarang tweet media bisa merupakan alat bukti resmi alias terang. Jadi nlewat siapa saya meminta …terhadap gubernur…no no tertunya terhadap rakyat Indonesia karena yg dipertaruhkan adalah masa depan rakyat dan tentunya saya sendiri…. Jadi sekian dulu pemikiran saya …se

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun