TUAK
Nektar bunga lontar (Borassus flabellifer L.) atau bunga gawang (Corypha utan Lamk.), itulah bahan baku pembuatan gula cair, laru, dan sopi, juga gula lempeng dan gula semut (gula bubuk). Nektar lontar yang baru disadap disebut tuak, jika diambilnya pagi hari dan sore hari rasanya manis segar, tapi jika siang hari maka rasanya sedikit asam. Saya sempat mencicip tuak yang rasanya sedikit asam, waktu itu sekitar jam 11-an siang. Sedangkan di Desa Kuli (Pulau Rote), sore hari saya mencicipi tuak yang begitu manis segar.
GULA AIR
Tuak itu kemudian dimasak dalam belanga-belanga besar diatas tungku kayu bakar selama beberapa lama hingga mengental dan berwarna coklat muda, disebut sebagai gula air, dan biasanya dijual dalam jerigen-jerigen 20 literan (Rp.25000) atau dalam botol-botol bekas air dalam kemasan 1,5 liter. Gula air inilah bahan baku pembuatan laru.
LARU
Laru merupakan hasil fermentasi gula air dengan menggunakan akar pohon laru (Alstonia acuminata Miq.). Akar pohon laru ini rupanya adalah agen pembawa mikroba yang nantinya akan menguraikan kandungan gula (sakarosa, fruktosa dan glukosa) dalam gula air menjadi ethanol, CO2 dan beberapa asam organik (http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0903/D090302.pdf). Salah satu jenis mikroba yang berhasil diisolasi dari akar laru adalah Pichia anomala, sejenis yeast atau ragi. Akar laru direndam dalam gula air , setelah beberapa lama akan timbul gelembung-gelembung gas. Gelembung-gelembung gas tersebut lama-lama akan hilang, hal ini adalah tanda bahwa proses fermentasi telah selesai, artinya hampir seluruh kandungan gula telah dikonversi oleh yeast Pichia anomala menjadi ethanol, gas CO2 dan asam-asam organik. Kandungan alkohol dalam laru lebih dari 10% (http://www.forda-mof.org/files/Lontar.pdf).
Laru warnanya kuning kecoklatan, cair, rasanya manis asam segar dan sedikit berasa seperti bersoda. Aromanya juga manis dan segar. Semakin lama, rasanya akan semakin asam. Jika gelembung-gelembung gas di permukaan laru sudah menghilang, artinya laru sudah siap untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sopi, demikian kata Bapak Sadrek Daepanie, pengrajin sopi skala rumah tangga, dari Desa Tuanatu (Kec. Lobalain, Kab. Rote-Ndao), yang bersedia mengajari saya "ilmu luhung" turun temurun dari nenek moyang pembuatan sopi. Drum-drum berisi laru yang masih dalam tahap fermentasi, permukaannya tampak penuh dengan busa-busa putih, ketika dicicipi, rasanya begitu segar, harum, manis, sedikit asam, dan bersoda. Disampingnya, tampak drum berisi laru yang tengah dimasak dalam rangka membuat sopi.
SOPI
Sopi merupakan hasil pemurnian dari laru melalui cara destilasi. Sebuah drum yang dilengkapi 2 lubang berpipa adalah tempat untuk laru yang akan dimasak. Lubang pertama adalah untuk memasukan laru, jika laru sudah selesai dimasukkan, maka lubang ini ditutup rapat dengan sumpal kayu. Lubang kedua adalah untuk mengalirkan uap laru yang mendidih ke dalam pipa tembaga sepanjang kurang lebih 1,5 meter. Pipa tembaga tersebut direndam dalam air untuk mempercepat pengembunan uap sopi, pemakaian air mengalir akan lebih mempercepat proses pendinginan dan pengembunan uap sopi menjadi tetesan-tetesan sopi yang kemudian akan di tampung ke dalam jerigen-jerigen 20 literan. Cairan sopi yang pertama keluar disebut sopi kepala dan bermutu paling tinggi sehingga paling dicari oleh para penikmat sopi. Harganya pun paling mahal. Bapak Sadrek biasanya menjual sopi kepala seharga Rp20.000 per botol air mineral volume 600 ml.
Semakin lama, mutu sopi semakin menurun. 2 liter laru akan menghasilkan 2 liter sopi bermutu baik, jika lebih dari itu maka sopi yang dihasilkannya akan bermutu kurang baik dan sifatnya cepat memabukan. Sopi bermutu baik bermanfaat bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara tidak berlebihan, cukup 1 sloki sebelum tidur. Kadar alkohol dalam sopi berkisar antara 36 43% %, 2 kali penyulingan sopi akan menghasilkan alkohol murni 98% (http://www.forda-mof.org/files/Lontar.pdf). Sopi yang saya beli dari Bapak Sadrek berkadar alkohol 47%.
Rasanya....??!!
Hmmm.... pahit seperti minum spirtus, tenggorokan dan dada terasa panas. Tapi rasanya cepat hilang. Bagi saya yang tidak pernah minum minuman beralkohol sebelumnya, masih belum bisa merasakan manfaatnya bagi tubuh, selain jadi sedikit mengantuk. Mungkin saya harus mencobanya lebih sering ^_^
Jadi... selamat menikmati panasnya sopi !!!
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI