Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Mang Engking di Lembang

5 Agustus 2020   09:28 Diperbarui: 5 Agustus 2020   11:23 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada mulanya tanggal 2 Agustus 2020 adalah hari ulang tahun Ari Purnama yang ke 46, putera bungsu kami. Untuk merayakannya, istrei saya mengusulkan sebaiknya pergi ke luar kota sekaligus untuk mengurangi stres selelah lima  bulan terkurung di rumah akibat pandemi korona. Ari juga setuju, demiianlah kami bertiga nerencanakan untuk pergi ke Bandung, menginap semalam, siangnya langsung ke Cirebon.

Kami berangkat sekitar pukul 9.30 dengan mengendarai sebuah Mercy tahun 1988, mobil kesayangan Ari. Dalam perjalanan kami akan makan siang di Restoran Mang Engking, yang terletak di Lembang, Bandung, atas rekomendasi anak pertama saya, Eka, yang pernah makan disana bersama dengan teman-temannya pada beberapa waktu yang lalu. 

Dalam hati saya bertanya : mengapa harus Mang Engking ? Di tengah perjalanan antara Jakarta-Bandung juga banyak restoran. Sedangkan dalam benak saya terbayang untuk menikmati nasi timbel Jalan Dago.

Perjalanan  ternyata cukup melelahkan karena kami menempuh jalan non-tol, yaitu lewat Purwakarta, Sadang, Subang, Jalan Cagak dan Ciater. Akibatnya, sampai waktu menunjukkan hampir pukul 12 an, setelah lewat jalan ke arah Kawah Tangkuban Parahu, Mang Engking belum juga tampak batang hidungnya, padahal, perut saya sudah merengek minta diisi. Menurut  Google Maps katanya, tinggal 20 menit lagi, hati saya masih berdebar-debar, dimana sih, Mang Engking ?

Setelah mengawasi kiri kanan jalan Lembang akhirnya kami menemukan petunjuk sebuah plang Mang Engking, namun terlanjur ketewat. Kami harus putar balik dan akhirnya dengan perasaan lega kami memasuki gerbang Gubug Makan Mang Engking, Jalan Raya Tangkuban Parahu KM 1, No. 68, Lembang, Bandung. 

Akhirnya, sampai juga kami ke sebuah restoran khas Sunda dan langsung menuju ke sebuah gubug makan di tengah hamparan air yang terus menggemericik dan angin segar yang berembus dengan lembut. Dan tentu saja protokol kesehatan tetap kami patuhi, pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak sesuai dengan yang ditetapkan oleh Mang Engking.

Keinginan saya untuk menikmati nasi timbel terpaksa dilepaskan, diganti dengan gurame bumbu cobek yang sangat nikmat dengan bumbu yang khas, yang tidak ada bandingannya. 

Demi praktisnya, kami memesan makanan dalam Paket Nakula, yaitu paket untuk dua orang tapi ternyata cukup untuk tiga orang dengan menambah satu porsi nasi putih plus teh hangat. Paket Nakula terdiri dari udang bakar madu, gurame bumbu cobek, tumis kangkung, tahu tempe goreng, sambal terasi dadak, nasi putih dan teh botol.

Saya makan dengan lahap karena sudah lapar dan lauknya ternyata sangat memenuhi selera, semuanya, terutama gurame bumbu cobeknya yang istimewa. Di tengah semilir angin lembut yang berembus di sekitar lembah dengan panorama kehijauan yang indah, kami bersantap dengan nikmat. 

Menurut Mang Badru (H.Badruzaman), manajer, kapasitas Gubug Makan Mang Engking adalah 540 orang dengan komposisi 200 tempat duduk di Saung Utama (khusus untuk pesta) 50 tempat duduk di VIP Room, 40 tempat duduk di Saung Bulat dan 250 tempat duduk lesehan di Saung/Gubug. 

Jaringan bisnisnya tersebar mulai dari  Yogyakarta, Pasuruan, Depok, , Cibubur, Bali, Bandung, Semarang, Purwokerto, Depok,Solo, Tangerang, Gombong dan Lembang, tentunya. 

Setelah merasa puas menikmati panorama dan suasana indah, kami pun berangkat untuk keliling kota Bandung yang ternyata sekarang banyak jalan yang ditutup dan berubah menjadi satu arah sehingga kami harus lebih jauh berkeliling memutari kota Bandung. 

Untuk makan malam kami membeli makanan siap saji dari Ayam Goreng Nyonya Suharti. Malam ini kami akan menginap di Hotel Harris, Jalan Ciumbuleit, sebuah hotel bintang empat yang cukup memadai untuk kami bertiga. 

Keesokan harinya, setelah sarapan pagi di Hotel Harris, kami pun berangkat menuju Cirebon. Tiba di Cirebon sekitar pukul 12 an sehingga kami pun bisa menuju ke sebuah restoran khas masakan Cirebon, yaitu Restoran Ibu Nur di Jalan Cangkring II nomor 45. Empal gentong khas Cirebon ini juga sangat pas dengan lidah kami. 

Dan tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan gurame bumbu cobeknya Mang Engking. Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, isteri saya mengajak mampir ke Sate Maranggi, Cibungur, Purwakarta. Disini kami makan sate kambing berikut sopnya, dan sekali lagi, bukan tandingan gurame bumbu cobeknya Mang Engking ........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun