Pada mulanya adalah Radio Sonora (92 FM) yang menyiarkan informasi mengenai manfaat olahraga jalan kaki selama 30 menit setiap hari atau minimal 5 kali dalam seminggu. Hal ini membangkitkan keinginan saya untuk mengikuti sarannya.Â
Mulailah saya jalan kaki setiap pagi sejak bulan Juli 2016 yang lalu. Rute yang ditelusuri adalah  sekitar kompleks perumahan Rancho Indah dan lalu mengelilingi Jalan Muara Dalam dengan jarak tempuh sekitar 2,5 km  dalam waktu kurang lebih 45 menit. Biasanya saya berangkat dari rumah antara pukul 4.30 sampai pukul 5.00 sehingga udara  relatif cukup segar dan bersih.
Dalam perjalanan waktu sekitar hampir dua tahun ini, saya memerhatikan ada 8 pedagang sayur yang saya lewati, yang kebanyakan menggelar dagangannya di tepi jalan, kecuali seorang pedagang sayur yang berjualan di rumahnya yang terletak di pinggir jalan.Â
Dan kebanyakan pula pedagang sayur pinggir jalan ini adalah wanita (5 orang) sedangkan pedagang prianya hanya 2 orang. Mungkin karena konsumennya adalah ibu-ibu atau pembantu rumah tangga dari keluarga yang bermukim di kawasan pertumahan tersebut.Â
Pedagang sayur pria membawa dagangannya dengan sepeda motor yang beroda tiga yang memiliki gerobak kecil (merk Viar). Sedangkan pedagang wanita harus mengangkutnya dari pasar di Pasar Minggu dengan ojek atau angkutan kota (angkot) yang disewanya.Â
Pada umumnya mereka mengangkut jualanannya sendiri, menggelar dagangannya sendiri,dan melayani pembelinya sendiri. Kecuali seorang pedagang, Mbak Mien, yang memiliki dua orang yang membantunya karena barang yang dijualnya cukup banyak, termasuk ikan basah, buah-buahan, petai dan jengkol kegemaran saya.
Nah, ada salah seorang pedagang sayur yang patut dikisahkan karena sangat menarik dan mengharukan. Namanya Ibu Suti, berusia sekitar 60 tahunan, memi1lki anak 4 orang perempuan semua yang  sudah berumah-tangga, suaminya berdagang mi bakso dan berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah dan memiliki rumah disana. Saat ini ia dan suaminya mengontrak rumah di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.Â
Setiap pagi ia naik angkot ke Pasar Minggu untuk membeli berbagai macam sayur serta lauk-pauk untuk dijualnya di Jalan Muara Dalam, dekat kompleks perumahan Rancho Indah. Untuk itu ia harus naik ojek langganannya. Dan rutinitas ini telah dijalaninya selama 36 (tiga puluh enam) tahun, tanpa bosan, tanpa henti, kecuali saat mudik Lebaran atau sakit, tentunya.
Anaknya berkali-kali menyarankan untuk berhenti berjualan sayur dan akan memberinya "tunjangan" uang belanja yang dibutuhkannya. Namun, Ibu Suti menolaknya. Ia merasa bahwa jualan sayur adalah aktivitas yang sangat disukainya. Ia tidak bisa dan tidak betah menganggur di rumah. Tampaknya jualan sayur adalah "panggilan" hidupnya.
Beberapa hari yang lalu saya tidak melihat Ibu Suti di  tempat ia biasa menggelar dagangannya . Ternyata ia sudah pindah ke tempat lain sekitar 10 meter dari tempat sebelumnya. Tempat lamanya telah ditempati oleh sebuah mobil ambulance dengan tanda @2019 di pintunya.Â
Sebelumnya, mobil ambulance ini, yang memiliki lambang Partai Demokrat dengan tulisan Gratis, parkir di pinggir jalan dekat tempat Ibu Suti jualan. Sekarang ia harus mengalah karena memang  ia tidak memiliki izin apapun, apalagi hak untuk memprotes.