Berbagai lembaga survei telah menunjukkan bahwa elektabilitas Joko Widodo (Jokowi ) selalu menduduki urutan pertama sebagai calon presiden (capres ) dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh-tokoh yang mampu dikalahkannya berasal dari partai politik seperti Prabowo Subianto (Gerindra), Wiranto (Hanura), Aburizal Bakrie (Golkar), Jusuf Kalla (Golkar), dan bahkan, Megawati Soekarnoputri (PDI Perjuangan).
Padahal, Jokowi bukan siapa-siapa di dalam PDI Perjuangan. Ia bukanlah tokoh penting di dalam PDI Perjuangan. Ia hanyalah seorang kader, yang bahkan, ada yang meragukan ketebalan ideologinya. Ia amat bergantung kepada Megawari, sebagai ketua umum partainya. Ia akan patuh apapun yang akan diputuskan oleh ketua umumnya.
PDI Perjuangan sudah mencanangkan bahwa penentuan capres 2014 baru akan diumumkan setelah pemilu legislatif 2014. Menurut Megawati, PDI Perjuangan akan berhati-hati dalam menentukan pilihannya sebab menyangkut kepentingan nasional, yaitu bangsa dan negara Indonesia, katanya. Dan untuk menduduki jabatan presiden tampaknya orang yang paling layak adalah dirinya sendiri, sebagai penerus dan ahli waris Bung Karno. Bukan Jokowi atau siapapun. Jokowi lebih layak sebagai gubernur DKI saja untuk membebaskan Jakarta dari macet dan banjir.
Dengan demikian, jika nanti suara yang diperoleh PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif diatas 20 % seperti yang ditunjukkan oleh survei Kompas, maka Megawati dengan percaya diri akan mencalonkan diri sebagai capres. Tetapi jika hasilnya dibawah 20 % maka PDI Perjuangan akan berkoalisi dengan partai lain dan mungkin baru akan menngajukan Jokowi sebagai capres. Namun, taktik ini belum tentu berhasil karena momentumnya sudah lewat. Ada kesan bahwa Jokowi hanya dijadikan alat belaka, hanya sebagai vote-getter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H