Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik

Warisan SBY

19 Mei 2010   00:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Demokrat (PD) secara kasat mata adalah identik dengan SBY. PD memperoleh suara terbanyak dalam pemilu 2009 berkat popularitas SBY. Jika tidak mengusung nama SBY sebagai incumbent, belum tentu PD berhasil meraih suara terbanyak dalam pemilu tersebut.

Disamping itu, tentu saja panitia suksesnya juga memang betul-betul telah menuai sukses dengan gaya kampanye ala Amerikanya. Panitia sukses ini dikendalikan oleh "The Three Musketeers", menurut istilah Ruhut Sitompul yang menjuluki ketiga Mallarangeng bersaudara, Andi, Rizal dan Choel.

Nah, sekarang Andi Mallarangeng (AM) yang masih menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) ingin meraih posisi yang lebih tinggi lagi, yaitu ingin menjadi ketua umum PD, yang akan membuka jalan baginya untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia kelak.

Kampanye besar-besaran sudah dimulai sejak beberapa waktu yang lalu. Billboard, iklan TV, baliho, pidato-pidato pun digelar di setiap kesempatan yang terbuka untuk mempromosikan dirinya. Bahkan, salah seorang putera SBY pun dilibatkan sebagai pendukung AM. Yang secara psikologis menunjukkan seolah-olah AM memperoleh dukungan dari SBY juga.

Sebaliknya, pesaing utamanya, Anas Urbaningrum (AU), yang kalem dan tidak grasa-grusu, mengidentikkan dirinya seolah-olah memiliki sikap dan perilaku layaknya duplikat SBY. Bahasa tubuhnya, gerak-geriknya, gaya bicaranya, sangat dimiripkan dengan SBY. Jadi, nanti para pemilihnya diharapkan akan memberikan suatra kepadanya karena kemiripannya itu, barangkali.

Tetapi, semuanya itu amat, amat, amat bergantung kepada sang ketua pembina. Siapapun tak dapat menyangkalnya. Tanpa perkenan dan restu SBY siapapun tidak mungkin akan menduduki kursi ketua umum PD. Karena itulah, SBY perlu ke Singapura dan Malaysia, untuk mendinginkan otaknya sebelum mengambil keputusan final ini.

Sementara itu, Marzuki Alie, yang baru saja memperoleh gelar S3 sebagai doktor pemasaran politik dari sebuah universitas di Malaysia, juga  diam-diam bergerilya. Tampaknya, ia juga menginginkan posisi ketua umum PD. Gelar doktor yang diraihnya sama dengan gelar yang dimiliki oleh SBY. Jadi tingkat pendidikannya setara dengan SBY, walaupun dalam bidang yang berbeda.

Ternyata, Marzuki Alie adalah komisaris dari beberapa perusahaan  yang kemungkinan besar juga adalah dimilikinya. Rupanya, ia juga memiliki peluru yang cukup, seandainya diperlukan dalam pemilihan ini. Pastilah, ia akan melakukannya diam-diam, sebab SBY sudah mengingatkan jangan sampai ada yang menggunakan politik uang.

Hiruk-pikuk pemilihan ketua umum PD tentu tidak akan seheboh seperti pemilu daerah (pilkada) yang sekarang sedang ramai diadakan di hampir seluruh provinsi Indonesia. Ini hanya bagian kecil dari Indonesia, tetapi akan punya pengaruh besar bagi dunia politik kita di masa yang akan datang.

Siapapun yang terpilih dan dipilih, pada akhirnya, peluang untuk memenangi pemilu 2014 yang akan datang, tampaknya masih sulit diramalkan. Kemungkinan besar, suara PD akan menurun dibandingkan dengan pemilu 2009. SBY mungkin tidak mampu menurunkan warisannya kepada anak buahnya, karena anak buahnya tidak sama dengan dirinya.

Alasannya, sosok dan tokoh ketiga calon ketua umum PD yang diproyeksikan akan dicalonkan sebagai presiden yang akan datang, masih kurang meyakinkan. Mereka semua tidak memiliki track record yang dapat diandalkan. Mereka bertiga masih "bau kencur" dalam bidang politik maupun pemerintahan. Apalagi, SBY sudah bukan presiden lagi. SBY turun, berarti PD juga turun. Karena SBY identik dengan PD, begitu kira-kira analoginya ......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun