Mohon tunggu...
Djodi Budi Sambodo
Djodi Budi Sambodo Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Trainer

Gemar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pawai Dongdang dan Pandeglang

30 September 2023   23:32 Diperbarui: 30 September 2023   23:41 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cilegon.inews.id/read/350255/pawai-dongdang-tradisi-unik-warga-pandeglang-peringati-maulid-nabi

Maulid nabi baru saja berlalu, namun menyisakan memori yang tidak mudah dilupakan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya umat muslim yang menyambut maulid nabi, masyarakat non muslim dan golongan yang lain juga diperbolehkan mengikuti tradisi maulid. Oleh Dhita Koesno, dari tirto.id - 18 Sep 2023,  menjelaskan bahwa Rabiulawal termasuk bulan yang istimewa bagi umat Islam. Di dalamnya terdapat hari khusus yang diperingati sebagai Hari Kelahiran Nabi Muhammad saw.

Pada hari itu, umat Islam berbondong-bondong mengadakan perayaan sesuai tradisi masing-masing. Di Solo dan Yogyakarta, misalnya, ada tradisi Sekaten. Dalam tradisi tersebut, pemerintah setempat mengadakan pasar malam selama sebulan, kemudian ditutup dengan acara grebeg Maulud Nabi berupa kirab gunungan. Tidak hanya masyarakat umum, kegiatan untuk menyambut maulid nabi juga kerap diadakan di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah.

Maulid nabi adalah peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Menurut penanggalan hijriah, maulid Nabi Muhammad saw. diperingati setiap 12 Rabiulawal. Namun, tanggalnya berbeda-beda setiap tahun jika didasarkan pada kalender Masehi.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa, Kanjeng Pangeran Arya (KPA) Winarno Kusumo menerangkan grebeg Maulid membawa pesan damai. Meski Maulid adalah hari besar umat Islam, warga nonmuslim pun boleh ikut memelihara tradisi grebeg, sebagaimana yang dikutip dari https://nusantara.medcom.id/.

"Semua orang boleh datang ke Masjid Agung untuk menyaksikan tradisi Grebeg Mulud. Semua orang juga berhak ikut berebut gunungan," ujar Winarno Kusumo, Senin (12/12/2016).

Keraton Kasunanan, lanjut dia, membuka pintu bagi seluruh golongan masyarakat. Raja Solo menerima tamu dari semua golongan dan agama.

Gunungan, kata Winarno Kusumo, memiliki beberapa makna. Salah satunya wujud syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas kelimpahan hasil bumi. Tak heran jika penyusun gunungan terdiri dari hasil bumi seperti kacang panjang, cabai, dan sayur-sayuran. Gunungan juga menjadi cara Keraton Kasunanan berbagi pada masyarakat Solo dan sekitarnya yang diwujudkan dengan isi gunungan yang diperebutkan oleh ribuan orang.

Lain di Solo dan Jogyakarta, di Pandeglang ada tradisi yang disebut dengan pawai Dongdang. Pawai Dongdang atau arak-arakan menjadi kegiatan rutin dilakukan oleh sebagian warga di Kabupaten Pandeglang, tak ada yang tahu kapan kegiatan ini dimulai hingga menjadi tradisi disetiap memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang tahun ini jatuh pada Kamis 28 September 2023.

Seperti yang diambil dari sumber iNewsCilegon.id, Ila Nurlaila Sari, Selasa, 26 September 2023,  bentuk dongdangnya sendiri bervariasi, mulai dari rumah-rumahan, hewan atau kendaraan yang dihias dengan beraneka ragam makanan, minuman atau buah-buahan.

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Al Khoziny Kadutomo Jiput, KH Khozinul Asror, membuat dongdang dan melakukan pawai atau arak-arakan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dalam agama islam diperbolehkan. Pawai tersebut merupakan bentuk rasa syukur dan kebahagiaan akan datangnya bulan Mulud. Menurut salah satu hadis,  bahwa barang siapa yang mengagungkan kelahiran Rasul maka dia akan bersama Nabi Muhammad di surga.  

KH Khozinul Asror menambahkan, terkait perayaan Maulid orang pertama kali yang mempelopori atau melakukannya adalah Syekh Salahuddin Al Ayyubi pada Dinasti Fatimiyah. Beliau  juga berharap, adanya kegiatan atau tradisi Dongdang ini tidak hanya sekedar seremoni arak-arakan saja namun juga mampu menumbuhkan kecintaan terhadap agama islam dan Nabi Muhammad SAW, tetapi juga mampu membangun masyarakat yang kuat, bersatu dan tidak mudah terpecah belah, dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga tradisi Maulid khas Pandeglang ini telah menjadi harapan masyarakat Indonesia pada umumnya. (*)Pondok Aren, Tangsel 30 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun