Mohon tunggu...
Djodi Budi Sambodo
Djodi Budi Sambodo Mohon Tunggu... Dosen - Freelance Trainer

Gemar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengiklankan Jalan Rusak

4 Agustus 2023   21:47 Diperbarui: 7 Agustus 2023   12:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ada yang sudah pernah berkunjung ke Taman Nasional Ujung Kulon dan bisa bercerita bagaimana kondisi jalan untuk menuju ke sana. Dari sumber: news.detik.com 29 Jul 2023, diberitakan bahwa jalan menuju ke TN Ujung Kulon terutama via jalur selatan masih rusak.

Akses Jalan Cimanggu ke taman nasional ini memiliki panjang kurang lebih 25 kilometer. Sebagian yang sudah dicor oleh pemerintah daerah hanya di Desa Cibadak, Tugu, dan Rancapinang. Bahkan warga bernama Kurtusi mengaku tidak pernah merasakan adanya pembangunan jalan sejak Indonesia merdeka. Terutama pada wilayah Rancecet-Cegog yang tidak ada sama sekali sejak Indonesia merdeka.

Warga pernah memprotes ke Pemkab Pandeglang dengan menjual jalan umum yang rusak tersebut di salah satu e-commerce hingga unggahannya viral. Menurut warga, pantai selatan yang berdekatan dengan Taman Nasional Ujung Kulon ini memiliki banyak potensi. Potensi yang utama adalah wisata pantai dan bumi perkemahan. Daerah ini belum banyak dijamah oleh penduduk luar.

Tidak hanya dikenal sebagai salah satu Situs Warisan Dunia dan rumah bagi Badak Jawa saja, Taman Nasional Ujung Kulon juga dikenal sebagai destinasi wisata yang mengembangkan sustainable tourism di Indonesia.

Sangat masuk akal, pasalnya di Taman Nasional Ujung Kulon tidak sekadar melestarikan alam dan Badak Jawa yang kian langka saja. Namun, sekaligus memberdayakan masyarakat sekitar guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Berdasarkan sumber website kemenparekraf.go.id ada banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di Taman Nasional Ujung Kulon. Mulai dari snorkeling dan diving di Pulau Peucang, menikmati kekayaan alam di Kepulauan Handeuleum, atau bermain kano dan canoeing di Pulau Pamanggangan.

Sedangkan dari sumber indonesiabaik.id,  Taman Nasional Ujung Kulon didirikan pada 26 Februari 1992 terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten yang menggabungkan perubahan fungsi beberapa cagar alam serta penunjukan perairan laut di sekitarnya.

Taman Nasional sendiri menurut Pasal 1 Undang-Undang No.5/1990 merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Nasional Ujung Kulon memiliki beragam jenis satwa liar baik bersifat endemik maupun penting untuk dilindungi. Secara umum kawasan ini masih mampu menampung perkembangbiakan berbagai populasi satwa liar. Beberapa jenis satwa endemik penting dan merupakan jenis langka yang sangat perlu dilindungi adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis aigula) dan Anjing hutan (Cuon alpinus javanicus).

Selain memiliki ciri khas flora dan fauna, Taman Nasional Ujung Kulon juga menyediakan sejumlah obyek wisata yang menarik dan eksotis yang sangat layak untuk dikunjungi seperti Pulau Peucang, Padang Penggembalaan Cidaon, Padang Penggembalaan Cibunar, Gua Sanghyangsirah, Pantai Selatan, Kepulauan Handeuleum, Pulau Panaitan, Sumber Air Panas Cibiuk, Habitat Owa Jawa Curug Cikacang. 

Bila sarana infrastruktur transportasi jalan darat menuju ke lokasi TN Ujung Kulon diperbaiki dan dipelihara dengan baik, maka pemasukan daerah dari sektor wisata tentunya akan semakin tinggi serta kesejahteraan masyarakat sekitar juga semakin meningkat.

Adapun bentuk protes warga lainnya terhadap jalan umum yang rusak ini adalah dengan menanam pohon. Misalnya di daerah Kelurahan Dusun Baru, Kecamatan Sungaibungkal, Kota Sungaipenuh, Jambi (Sumber: www.metrojambi.com, 1 Agustus 2023). Penanaman pohon pisang, selain sebagai bentuk protes kepada Pemda, juga membantu pengendara kendaraan untuk berhati-hati agar tidak terperosok terutama kendaraan roda dua ke lubang jalan yang rusak.

Sebagai Pimpinan Daerah, bilamana ada keluhan dan protes warga yang berkaitan dengan saran infrastruktur harusnya segera ditindak-lanjuti. Bilamana masih lambat atau belum ada tindakan, wakil rakyat DPRD harus mampu mengingatkan Pemda serta berperan aktif dalam pengawasan pembangunan di daerah setempat. 

Warga yang sangat membutuhkan fasilitas infrastuktur yang layak ini sangat dapat sekali mengevaluasi kinerja Pimpinan Daerah dan Wakil Rakyatnya. Masyarakat yang tidak puas bisa jadi tidak akan memilih lagi pemimpin dan wakilnya di pemilihan berikutnya. (*) 

Pondok Aren, Tangsel 25 Juli 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun