Sarana berpikir ilmiah dalam filsafat ilmu terdiri dari bahasa, matematika dan statistika. Tiga kaki yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain (Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.).
1. Bahasa sebagai sarana ilmiah
Bahasa dicirikan sebagai serangkaian bunyi yang diberi arti tertentu. Bahasa terdiri dari kata, kata adalah bunyi keluar dari mulut dan diberi arti. "Istilah" adalah kata yang menunjukan satu pengertian, contoh "panas terik", tidak ada "terik dingin". Sedangkan "tanda" adalah sesuatu yang menunjukan pengertian lain. Semua ini merupakan sarana kita dalam berpikir ilmiah.Â
Bahasa dalam kegiatan ilmiah memiliki ciri bahwa komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Jadi bahasa itu media untuk mengkomunikasikan sesuatu berupa pengetahuan. Bahasa ilmiah berlaku umum dalam pengetahuan.
Bahasa dalam komunikasi ilmiah memiliki paling tidak empat hal yang harus dipatuhi :
- Bahasa yang dipakai harus bebas dari unsur emosi atau bahasa dalam komunikasi ilmiah harus meminimalkan unsur emosi. Bahasa ilmiah itu bukan merupakan kalimat aktif tetapi lebih kepada kalimat pasif, karena untuk membebaskan diri dari emosi. Contoh jika kita menulis kata "aduh", ini akan berbeda dengan kalau kita mengatakan "aduuuuh".
Oleh sebab itu Bahasa yang dipakai dalam unsur kegiatan ilmiah atau penulisan karya ilmiah tidak menimbulkan emosi yang pembacanya, maksudnya emosi dalam pengertian tidak memberikan makna lain kepada apa yang dibaca.
Oleh sebab itu kalimat pasif lebih ditonjolkan, karena untuk menghindari unsur-unsur emosi. Jadi tidak bisa memuat emosi yang meledak-ledak, kecuali memang itu produk bahasa yang harus bermuatan emosi seperti produk karya ilmiah.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif. Hal ini maksudnya adalah mengajak berpikir pembacanya, apa yang dibaca dengan apa yang ditangkap, apa yang disampaikan melalui yang dibaca dengan apa yang ditangkap harus sama. Kalau multi tafsir atau ambigu, maka komunikasi ilmiah tidak reproduktif atau bermakna.
Istilah. Ada batasan istilah definisi operasional adalah dalam rangka mendudukan definisi dari sesuatu istilah yang diperlukan dalam suatu struktur atau karya ilmiah. Dengan adanya definisi ini diharapkan dari awal kita membaca suatu produk karya ilmiah, orang lain akan terposisikan seperti apa yang menjadi harapan kita yang memposisikan.
Istilah yang dipakai harus sama. Sehingga kita temui dalam karya ilmiah ada key word (kata kunci), atau glossary dan lain-lain, ini semua dalam rangka definisi yang dipakai dalam penggunaan-penggunaan kata atau kalimat dalam struktur karya ilmiah.
Dalam karya ilmiah sering ditemui "Pernyataan" (menyatakan sesuatu). Bahasa dalam komunikasi ilmiah, sering tidak kita sadari bahwa pernyataan-pernyataan itu berdasarkan fakta dan data dan bukan berdasarkan angan-angan atau bukan mimpi seseorang.
Kelemahan dari bahasa adalah :
- Perannya multi fungsi, karena bahasa bersifat emotif, afektif dan simbolik. Jadi kalau kita tidak paham dengan kontes kebahasaan, maka kita tidak akan memahami yang dikandung oleh penyampaian bahasa itu.
- Tidak jelas dan tidak eksak. Contoh rumah ini lebih kecil dari rumah itu, kecil itu ukuran berapa, kecilnya seperti apa, dan hal ini tidak eksak, seseorang akan menangkap menjadi sesuatu yang menjadi tanda tanya ulang.
- Sifatnya majemuk atau pluralistik, satu kata banyak arti. Dalam menulis karya ilmiah harus berhati-hati, karena sering terjebak dengan kemajemukan kata yang memiliki multi arti.
- Bahasa sering berputar-putar. Contoh kata yang berputar-putar : data adalah bahan yang diolah menjadi informasi, informasi adalah keterangan yang ddapat dari data. Contoh lain : Pengelolan adalah kegiatan yang dilakukan dalam organisasi, dan organisasi adalah bentuk kerjasama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan.
- Terminus aequvocus, atau satu kata banyak arti. Contoh kata "terang" itu bisa bermakna  jelas, bisa juga bermakna tidak hujan, atau juga bisa bernmakna tidak kabur, atau lebih ekstrim lagi merk sabun bersih dan lain-lain.
- Terminus univocus, satu kata mengandung satu arti namun mencakup banyak individu tanpa mengurangi individu lain. Contoh kursi dalam suatu ruangan, ada warna biru ada yang berwarna merah, ada juga kursi yang mempunyai sandaran dan ada yang tidak mempunyai sandaran. Semuanya sama adalah kursi, sehingga kata "kursi" mengandung banyak individu yang bisa tercakup.
- Terminus analogus, kata yang mengandung pengertian sama tetapi beda dalam samanya. Contoh kata "melihat" : Tono melihat, politikus melihat, kucing melihat, bayi melihat, bapak melihat. Semua kata "melihat" beda-beda maknanya, misal ada kejadian atau peristiwa demo, Tono melihat bahwa itu pasti mahasiswa yang melakukan demo, tetapi politikus melihat ini pasti ada sesuatu yang menggerakan demo dan harus dicari tahu siapa yang menggerakan demo dan seterusnya. Begitu juga dengan bayi melihat, bayi melihat terang, tetapi beda dengan apa yang dilihat bapak, terang benderang.
Bahasa memiliki peran yang tidak kecil :
- Membuat manusia berpikir secara abstrak
- Dapat berpikir berlanjut
- Dapat membuat teratur dan sistematis
- Dapat mengakomodasikan yang kita pikirkan ke orang lain.
2. Matematika sebagai sarana ilmiah
Matematikan adalah bahasa yang eksak, cermat dan bebas emosi.
Lambang matematika bersifat artifisial, maksudnya baru punya arti setelah sebuah makna diberikan, contohnya membuat tanda panah, itu bisa lebih besar setelah kita memberi makna lima lebih besar dari dua, atau sebaliknya missal lebih kecil dan lain-lain.
Matematika melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu menyatakan yang kuantitatif. Contoh : rumah ini lebih besar, rumah itu lebih keci (ini bahasa verbal karena tidak tahu besarnya seperti apa dan kecil sepeti apa). Beda dengan bahasa matematik, rumah ini dua kali lebih besar dari rumah itu, jadi lebih eksak atau lebih nyata dan kuantitatif.
Sifat kuantitatif dari matematika inilah yang meningkatkan daya prediktif dan kontrol ilmu. Contoh : pada yang berkepentingan ini lebih besar dari itu, ini lebih kecil, itulah kontrol ilmu dan sekaligus daya prediktif dari yang disebut dari matematik.
Matematika dan berpikir deduktif itu memiliki kaitan yang sangat erat.
Seorang ahli matematika Wittgenstein menyatakan bahwa matematika adalah metode berpikir logis.
Sedangkan Bertrand Ruseell mengatakan matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecilnya matematika. Teori inilah yang paling terkenal sampai dengan saat ini, dan sangat popular di kalangan ilmuwan.
Matematika bersifat empiris, karena matematika pada proses penalaran deduktif, proses penalaran deduktif adalah sesuatu yang empiris yang didapat dari matematika. Namun matematika  bukanlah pengetahuan mengenai objek tertentu. Tetapi cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan. Kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian.
Bagaimana hubungan matematika dan peradaban. Matematika dan peradaban merupakan sesuatu yang bergelindang erat. Karena matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa yang bersifat verbal.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Proses peradaban sejalan secara simultan dengan cara berpikir matematika.
Oleh sebab itu tanpa matematika pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif yang tidak memungkinkan dapat meningkatkan penalaran lebih jauh. Kalau yang kualitatif itu tidak mempunyai daya predik, sementara matematika daya prediknya lebih tinggi atau lebih powerfull dalam konteks penalaran. Â
 3. Statistika sebagai sarana ilmiah
Penelitian ilmiah kebanyakan dilakukan menggunakan statistika agar cermat dan teliti  (namun sesuai kebutuhan).
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan cara hanya mengamati sebagian populasi. Statistika mengambil sebagian saja sebagai populasi, untuk menarik sesuatu yang bersifat berlaku bagi semua populasi. Penarikan-penarikan sample dari populasi ini merupakan hal yang sangat menarik dalam statistika, karena memiliki cara-cara tertentu dan metode-metode tertentu, yang semakin hari tingkat kecanggihan semakin tinggi.
Penarikan kesimpulan secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis. Bisa dibayangkan, jika tidak menggunakan statistika, kita tidak dapat memprediksi kemenangan dalam suatu pemilihan umum, contoh untuk mepredik seseorang menang atau kalah dalam kontes pemilihan umum.
Statistika alat yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang. Kalau kita bicara alat, tergantung dari bagaimana atau siapa yang menggunakan alat itu. Jadi statistika adalah alat. Mau kita jadikan alat untuk menipu tingkat tinggi, atau mau kita gunakan sebagai alat untuk mencari kebenaran, semuanya tergantung kepada diri kita sendiri.
Secara tidak langsung kita katakana bahwa statistika bisa merupakan alat predik yang paling jitu, tetapi juga bisa menjadi alat tipu yang paling canggih, jadi tergantung daripada orang yang menggunakan.
SEMOGA BERMANFAAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI