Mohon tunggu...
Djiwenk
Djiwenk Mohon Tunggu... Administrasi - Tersesat di gurun

IG : bh_duy

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kenapa Tidak Ada Counter Provider Telepon di Soekarno Hatta?

16 September 2015   15:50 Diperbarui: 16 September 2015   15:58 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sekian banyak airport yang sudah pernah saya lewati jujur Sukarno Hatta adalah airport yang paling menakutkan bagi saya. Kedengarannya kok miris saya takut malah ketika saya berada di negri saya sendiri, ketakutan saya ini tentu beralasan karena saya pernah punya beberapa kali pengalaman buruk disini.

Dari mulai pernah dibodoh-bodohi oknum petugas jaman dulu banget dan akhirnya  gagal terbang gara-gara katanya passport untuk kerja nga boleh 48 lembar harus yang 24 lembar, (lhaaa kok terus besoknya saya bisa terbang dengan passport yang sama, ajaib kan?) Dan sampai sekarang saya masih gagal paham dengan adanya passport 24 dan 48 lembar ini bedanya apa?, Pengalaman ribet gara-gara ngurus KTKLN di sana sampe hampir ketinggalan pesawat juga, dan urusan-urusan simpel yang kadang ngeselin dengan calo-calo diluar.

Tapi sekarang saya merasa tidak begitu merasakan hal itu, setelah KTKLN nga ditanyakan lagi dan airport tax sudah jadi satu juga dengan tiket. Ini adalah salah satu kemajuan yang saya rasakan, Kebayang jaman dulu mau keluar negri aja harus ribet bayar fiskal juga.

Terbiasa memasuki imigrasi negara-negara yang nga harus ribet mengerjakan PR didalam pesawat, saya sangat senang ketika pengisian arrival card itu dihilangkan untuk WNI, setidaknya saya tidak harus ribet mempersiapkan bulpen sebelum bepergian. Eeehh... ternyata ada PR baru lagi didalam pesawat yaitu custom declaration yang masih buat saya penasaran, efektifkah?.

Lhaa... Setelah mendarat di Sukarno Hatta ternyata masih ada cleaning service atau petugas porter yang nawari SIM Card/Kartu perdana ke orang orang yang baru datang ke Indonesia.

" Sim Card sir...Indonesian  Sim Card..."

Tawar seorang petugas cleaning service kerombongan bule-bule yang baru datang, Si bule yang ditawari mengernyitkan dahi sepertinya keheranan Eehh... ada yah di Airport International orang jualan seperti ini. 

Terus bilang" no... thanks" dan akhirnya ngeloyor pergi.

Saya sebenarnya masih heran kenapa di Soekarno hatta terminal 2 kedatangan tidak ada counter atau gerai salah satu operator telepon di Indonesia. Apa telkomsel, Indosat, XL dan kawan-kawan tidak tertarik membuka disana? Apa ada tapi saya nga tau? Saya tanya bapak polisi dan beberapa petugas disana katanya nga ada.

Di banyak international airport biasanya ada counter dari provider lokal atau negara tersebut yang buka di arrival/ terminal kedatangannya, bahkan dibeberapa negara ada yang dikasih gratis tanpa isi, sedangkan top up/credit/isi ulangnya yang harus beli sendiri. 

Di jaman seperti sekarang ini sepertinya sangat susah untuk lepas dari handphone barang sejam duajam saja, bahkan didalam pesawat yang dilarangpun sekarang dunia penerbangan berusaha memberikan layanan khusus untuk tetap tersambung dengan internet. Ketika kita berada dinegara orang tentu kita akan berusaha meng indari biaya roaming mahal kalau tetap mengunakan nomer telpon dari negara asal.

Saya terkadang bingung kalo ada yang ngejemput di airport nanti janjiannya gimana? Masak iya harus selalu memasang muka badak minta pinjem hand phone orang buat nelpon dan ngasih tau saya disini atau setidaknya ngasih tau. Aku pake baju merah yaaaa..... Utuk orang asing mungkin mereka akan sangat membutuhkan untuk menghubungi yang menjemput atau menelpon hotel yang sudah di booking dan kalau ada internetnya pasti akan langsung bisa dipake buat buka map atau setidaknya update status - welcome to Jekardaaaahh!!! ( hehe.. inimah lebay yaaa?)

Beli Sim card dari cleaning service atau petugas porter itu mahal!!! Kartu diluaran 10 ribu atau 20 ribu bisa dijual 50 ribu. Sebenarnya bukannya nga kasian sama mereka sih.. tapi masak iya di dalam International airport ada yang nawar-nawari dagangan mereka.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun