Mohon tunggu...
Djiwenk
Djiwenk Mohon Tunggu... Administrasi - Tersesat di gurun

IG : bh_duy

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ide Kontroversi Gubernur Jabar : 50 Persen yang Masuk PTN Unggulan Harus Warga Jabar

18 September 2013   05:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:44 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

50 Persen Mahasiswa PTN Unggul Harus Warga Jabar.

Begitulah judul dari berita di media Pikiran Rakyat Online. Yang di share oleh teman saya beberapa hari yang lalu di facebook. Saya kira kalau itu hanyalah berita yang ditulis oleh bloger-bloger antah berantah yang sengaja menyebarkan isu ngak jelas seperti biasa, Kali ini saya salah. Pikiran Rakyat di Jawa barat termasuk koran terpercaya dari dulu dan sudah mempunyai nama khususnya di Jawa barat  jadi ini bukan berita hoax, isinya kurang lebih seperti ini:

BANDUNG, (PRLM).-Sebanyak 50 persen mahasiswa yang ada di tiga Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Jawa Barat (Jabar) harus berasal atau diisi oleh warga Jabar. Cara ini merupakan intervensi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar untuk meningkatkan angka partisipasi perguruan tinggi (PT) Jabar yang terendah secara nasional. Angka partisipasi PT di Jabar saat ini baru mencapai 15,19 persen saat target nasional 25 persen.

Pemberlakuan kuota khusus Jabar yang didorong pemprov ini akan berlaku mulai 2014. Tiga universitas yang harus diisi 50 persen oleh warga Jabar yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (Unpad), dan Intitut Pertanian Bogor (IPB). Pernyataan ini dikemukakan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Kota Bandung, Rabu (12/9/2013).

Selama ini, meski universitas world class (kelas dunia) seperti ITB, Unpad, dan IPB ada di Jabar tetapi angka partisipasi PT di Jabar masih terendah secara nasional," kata Heryawan.

Dengan adanya kuota khusus ini, pemerintah yakin siswa Sekolah Menangah Atas (SMA) yang raih rangking 1 di Jampangkulon, Pameungpeuk, atau daerah lainnya bisa langsung lulus di PT tersebut. Ini menurut Heryawan menjadi salah satu cara melindungi Jabar. Pemerintah disampaikannya akan bertanggung jawab jika ada beasiswa yang diperlukan.

"Jadi 2018 angka partisipasi kita bisa di atas APK 25 persen. Kalau tidak pakai cara ini, kapan orang Ujung Genteng bisa ke ITB?" kata Heryawan.

Ini link beritanya:  klik

Sepertinya ide otonomi daerah yang sebenarnya tujuannya baik untuk memajukan daerahnya  itu ada juga yang menyambutnya dengan salah kaprah, banyak sekali keputusan-keputusan kontroversi produk dari kepala daerah-kepala daerah di Indonesia akhir-akhir ini.

Kita semua tentu tau kalau Bapak Ahmad Heryawan ini adalah Gubernur Jawa barat dan Perguruan tinggi-Perguruan tinggi tersebut memang benar ada didaerah Jawa barat. tapi apa benar Perguruan tinggi- Perguruan tinggi itu punya Jawa barat saja yaa? bukankah sudah milik nasional? Terus apakah seorang kepala daerah juga berhak intervensi dalam bidang pendidikan tinggi seperti itu juga?.

Jujur saya awam tentang hal-hal seperti itu. Tapi hanya ada satu yang menganjal dalam pemikiran saya. Wahh jangan-jangan nanti akan ada peraturan tandingan dari Wali kota Bandung juga, gimana kalau dia juga minta jatah 50 persen yang masuk ITB harus orang Bandung saja, bisa jadi kan? atau Gubernur Jawa timur, Jawa tengah dan sultan Hamengkubuono dari Yogyakarta juga membuat aturan yang sama. Minta jatah 50 persen yang masuk ke Perguruan tinggi negri di daerah mereka haruslah orang-orang dari daerah mereka masing-masing. Gimana coba, apa ngak kacau?

Kalau mau orang dari mana itu? Kampung Ujung Genteng biar bisa masuk ITB seharusnya Si bapak Ahmad Heryawan sang gubernur Jawa Barat ini lebih memikirkan cara bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan di SMP atau SMA agar anak-anak dari Jawa Barat ini memiliki daya saing yang tinggi untuk masuk ke Universitas tersebut dan targetnya yang 25 persen itu tercapai, bukan berarti harus membuatkan peraturan yang konyol dan kesannya diskriminatif untuk orang-orang diluar Jawa Barat. Ngak sekalian itu UI juga di Depok yang juga masih masuk wilayah Jawa Barat dimintai jatah 50 persen untuk warga Jawa Barat sekalian. Apa ngak kira-kira seluruh orang DKI akan demo rame-rame?

Kemaren waktu ke Malaysia saya melihat iklan ITB ini ada dibeberapa sepanduk di jalan-jalan di Kuala Lumpur. Pikir saya keren bener nih ITB iklannya sampai keluar negri. Karena memang seharusnya Perguruan tinggi sekelas ITB  yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka dan menjadi salah satu Perguruan tinggi terbaik di Indonesia ini levelnya sudah harus mendunia begitupun juga yang menghuni kampus ini. Biarlah Seluruh pelajar terbaik dari seluruh penjuru Indonesia asalkan mereka bersaing secara fair dan qualified siapa saja berhak masuk ke ITB ataupun perguruan tinggi negri lainnya. Begitu juga sah-sah saja menurut saya kalau toh ada pelajar dari negara lain yang juga kepengen belajar di universitas-universitas di Indonesia. Asal mereka masuk sesuai dengan ketentuan yang jelas.

Saya rasa sudah sangat wajar kalau ada istilah ada gula-ada semut. Seperti halnya ITB dan IPB yang sudah mempunyai karakteristik jurusan yang terkenal baik pada jurusan-jurusan tertentu akan dikejar orang dari manapun berada. Misalnya anak Surabaya walaupun disana ada ITS kalau misalnya dia berkempatan untuk kuliah di ITB tidak menutup kemungkinan juga dia akan Memilih kuliah di ITB meskipun jauh dari tempat orang tuanya. Atau misalnya orang Lampung meskipun di UNILA Lampung juga ada jurusan pertanian kalau misalnya ada peluang kuliah di IPB kemungkinan besar dia akan memilih kuliah di IPB karena secara nama Perguruan tinggi tersebut lebih baik. Jadi wajar kalau kompetisi untuk masuk keperguruan tinggi favorite itu sangat ketat dan kalau pada akhirnya orang-orang setempat lebih sedikit presentasenya yang masuk keperguruan tinggi itu bukan berarti harus membatasi kesempatan orang dari daerah lain.

Ditengah persaingan yang semakin global dan kalau kita tengok negara jiran kita Malaysia yang semakin banyak di banjiri oleh pelajar-pelajar dari penjuru dunia. Ide dari sang gubernur Jawa Barat ini seolah membawa kita mundur beberapa tahun kebelakang, tidak mendorong sportifitas dan semangat untuk berjuang secara fair kesannya juga seperti ada unsur nepotisme kedaerahan dijaman yang semakin moderen seperti sekarang ini.

Bisa-bisa karena mentang-mentang dari Jawa Barat anak-anak ini nanti akan santai-santai saja toh masuk universitas-universitas ternama di Jawa barat sekarang ngak susah-susah amat, ada kuota daerah ini. Enak bener itu kalau sudah rangking satu karena dari Jampangkulon, Pameungpeuk bisa masuk ITB atau IPB yang terkenal super ketat persaingan masuknya.

Kalau saat ini yang menjadi permasalahan yang sering terdengar dalam seleksi masuk ke Perguruan tinggi-perguruan tinggi ternama tersebuat biasanya karena mana yang lebih berduit akan masuk mengalahkan yang pintar tetapi kurang dalam hal finansial. Saya rasa sistem ini yang harus diperbaiki, bukan dengan solusi memberikan persentase kepada daerah tertentu yang juga tidak menutup kemungkinan praktek ini juga akan tetap terjadi sesama orang jawa barat saja kalau seandainya kebijaksanaan ini akan jadi diterapkan.

Jawa Barat masihlah Indonesia dan setiap orang Indonesia berhak dan bebas menentukan diamana dia melanjutkan pendidikannya tanpa harus dibatas-batasi kesempatannya. Begitu juga orang-orang Jawa Barat berhak untuk belajar dan bekerja diseluruh Indonesia. Semoga ini hanya wacana saja, tidak benar-benar diterapkan. Dan Sang bapak Gubernur juga berfikir lebih analistis lagi sebelum membuat kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun