Sejuta tidak akan jadi sejuta jika tidak ada angka nolnya. Begitu sering orang berkelakar seolah-olah angka nol sudah ada dari sejak diciptakannya manusia. Padahal, angka nol diduga baru dikenal sekitar tahun 458 SM. Jadi, apakah sebelum tahun itu, angka 10, 100 dan seterusnya tidak dikenal?
Angka nol dan simbol nol itu dua hal yang berbeda. Simbol nol hanya berfungsi sebagai pembeda suatu angka dengan angka lainnya. Misalkan 11 dengan 101 berbeda nilainya karena ada simbol nol di tengahnya. Era Babilonia menggunakan spasi atau dua buah garis miring atau posisi kelompok simbol. 1 1 atau 1/1 untuk menyimbolkan 101. Mesir kuno menggunakan simbol masing-masing untuk angka 10, 1000, 10000, 100000 dan 1000000.
Sedangkan angka nol adalah konsep atau sifat dari simbol nol itu sendiri. Misalnya nol ditambah nol adalah nol. Nol dikurang nol adalah nol, dan seterusnya. Angka nol ini yang dikenalkan dalam naskah kuno Bhaksali di India pada tahun 458 SM dalam bentuk nyanyian (puisi) tentang "sunya". Sunya artinya kosong.
Brahmagupta, ahli matematika India dalam bukunya Brahmasphutasiddhanta (628 M) mendefinisikan angka nol sebagai berikut:
- 0 + angka negatif = angka negatif
- Angka negatif -- 0 = angka negatif
- 0 + angka positif = angka positif
- Angka positif -- 0 = angka positif
- 0 + 0 = 0
- 0 -- 0 = 0
- 0 -- angka positif = angka negatif
- 0 -- angka negatif = angka positif
- Angka dibagi 0 tidak dapat didefinisikan dan tidak memiliki arti secara aritmatika.
Sekitar tahun 830-an Masehi, Muhammad bin Musa al Khawarizmi menerbitkan buku al Jam'a wa l Tafriq bi Hisab al Hind (Penjumlahan dan Pengurangan Berdasarkan Kalkulasi Hindu) yang memperkenalkan angka nol Hindu. Jadi bukan buku al Mukhtasar fi Hisab al Jabr wa l Muqabala. Angka nol disimbolkan 0 dan disebut sifr.
Buku ini diterjemahkan Adelard of Bath ke dalam bahasa Latin tanpa judul sekitar tahun 1126 M. Sedangkan naskah kuno berbahasa Latin lainnya memberi judul Dixit Algorizmi. Algorizmi adalah pelafalan nama al Khawarizme. Jika dibahasa Indonesia-kan menjadi Algoritma.
Masih di abad yang sama, Ibrahim ibn Ezra menulis 3 rangkuman angka India dan pecahan desimal ke Eropa. Rangkuman ini diberi judul The Book of Number. Ezra menyebut angka nol, galgal (lingkaran).
Sayangnya, penguasa gereja dan Kaisar Romawi Suci saat itu menganggap buku Al-Khawarizme berbahaya karena mengandung kode-kode setan. Sifr atau angka nol dianggap sebagai kode setan. Sifr pun teradaptasi dalam bahasa Inggris menjadi Chiper yang artinya kode atau sandi. Dampaknya, angka nol hanya diketahui dikalangan terbatas.
Sedangkan di China, angka nol disebar-luaskan oleh Ch'in Chiu Shao pada tahun 1247 dan Zhu Shijie pada tahun 1303. Bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris adalah Mathematical Treaties in Nine Sections dan Jade Mirror of the Four Elements. 0 digunakan sebagai simbol angka nol.
Tahun 1202, dunia Eropa dikejutkan dengan buku Liber Abaci karya Leonardo da Pisa atau lebih dikenal dengan nama Fibonacci. Buku ini memperkenalkan angka-angka Hindu-Arabik untuk menggantikan sistem bilangan yang ada (Yahudi, Yunani dan Romawi). Â Selain itu, Liber Abaci juga memuat perhitungan seluruh angka, pembagian, pecahan, akar, konversi uang, konversi berat, kalibrasi, dan perhitungan bunga. Bahkan cara menyelesaikan persamaan garis lurus (linier).
Buku ini menyebabkan Fibonacci dipanggil Kaisar Romawi Suci Federik II. Kekaisaran yang meliputi kerajaan Jerman, Italia, Burgundia dan Sisilia. Pemanggilan ini untuk dihadapkan pada ahli matematika Federik II membahas soal aljabar dan persamaan kuadrat. Pertemuan ini menghasilkan buku Liber Quadrotorium.