Mohon tunggu...
Ucu Nur Arief Jauhar
Ucu Nur Arief Jauhar Mohon Tunggu... Aktor - Pengangguran Profesional

Tak seorang pun tahu kegelisahanku, kerna tak seorang pun dapat melihat apa yang aku lihat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

#2019GantiGubernur: Kinerja Pemprov Banten Rendah

11 Oktober 2018   00:26 Diperbarui: 11 Oktober 2018   00:28 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Firman Hakim dari Gerakan #2019GantiGubernur menilai kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dibidang penyerapan keuangan sangat rendah. Dari bulan Januari hingga September 2018, presentasi penyerapan Keuangan Pemprov Banten di bawah target semua.

"Kami melihat laporan penyerapan Pemprov Banten di monev.lkpp.go.id. Ternyata penyerapan keuangan selalu di bawah target. Tidak satu bulan pun mencapai target. Bulan September saja baru mencapai 51,71% dari target 62,56%," kata Firman Hakim.

Target serapan bulan Januari sebesar 4,29%, sedangkan realisasinya hanya 1,08%. Target Pebruari 8,7%, realisasi 2,95%. Maret 17,17%, realisasi 8,22%. April 24,75%, realisasi 12,75%. Mei 30,53%, realisasi 22,35%. Juni 40,38%, realisasi 30,77%. Juli 49,32%, realisasi 37,04%. Agustus 55,59%, realisasi 47,05%. Dan September 62,56%, realisasi 51,71%.

Progres Pembangunan Fisik pun tak beda dengan serapan anggaran. Tak satu pun dari awal tahun, progres Pembangunan Fisik di Pemprov Banten sesuai target. Bulan September 2018, dari target 71,49% baru tercapai 62,22%.

Ini sejalan dengan progres Pengadaan Barang dan Jasa. Hingga bulan September 2019, belum satu pun proyek lelang yang sudah sampai ke tahapan Serah-Terima.

"WH itu dilantik bulan Mei 2017. Ada 7 bulan buat WH untuk membina ASN Pemprov Banten agar dapat bekerja sesuai target. Atau menyiapkan Reformasi Birokrasi yang pas untuk meningkatkan kinerja. Nyatanya? Realisasi serapan 2018 selalu di bawah target. Pembinaan WH atas kinerja serapan gagal," ujar Firman.

Tidak tercapainya target penyerapan ini diduga masih bingungnya ASN terhadap kebijakan-kebijakan WH. Seperti penggunaan aplikasi SIMRAL, sistem pembayaran non tunai, dan soal non teknis di pelelangan kegiatan.

"Sudah jadi rahasia umum setiap daerah, jangankan kegiatan yang dilelang. Kegiatan PL (Penunjukan Langsung) saja, ASN menunggu petunjuk dari lingkaran penguasa. Proyek ini milik siapa, proyek itu milik siapa. Di era WH, tidak ada komunikasi yang jelas dari lingkaran penguasa. Banyak muncul orang-orang yang meng-atas nama-kan lingkaran kekuasaan. Saling klaim sebagai wakil dari kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan. Akhirnya, para ASN di Pemprov Banten kebingungan. Langkah aman menunda hingga jelas. Efeknya, ya ke serapan anggaran," papar Firman.

Rendahnya penyerapan keuangan di Pemprov Banten ini sempat menjadi perdebatan panas antara DPRD Provinsi Banten dan Gubernur Wahidin Halim di triwulan I atau di awal tahun. Ketua DPRD Banten Asep Rahmatullah menuding rendahnya serapan ini dikarenakan kinerja yang lambat dan tidak progresif.

"Bahkan sudah mau masuk triwulan pertama, kita lihat dinas Pekerjaan Umum (PU) yang harusnya 18 persen ini baru satu persen," kata Asep Rahmatullah seperti dipublish bantensatu.co tanggal 14 Maret 2018 dalam berita berjudul "Ketua DPRD Banten Kritik Serapan Anggaran OPD Rendah".

Sementara Gubernur Wahidin Halim menepis tudingan Asep melalui mediabanten.com tanggal 4 April 2018 dalam judul berita "Gubernur Jelaskan Soal Penyerapan Anggaran, Bank Banten hingga Berobat Gratis".

Gubernur menilai, penyerapan anggaran dalam triwulan pertama itu masih rendah karena Pemprov harus menyiapkan berbagai persyaratan dan administrasi untuk lelang kegiatan, melakukan rapat-rapat terbatas dan kegiatan penunjukan langsung (PL) yang masih belum banyak diserap oleh organisasi pemerintah daerah (OPD). "Apalagi, saat ini Pemprov tengah menerapkan Simral, tentu ada kendala-kendala di sana-sini. Tetapi pengalaman saya selama jadi pegawai negeri ya memang siklus begini," ujarnya (dikutip dari mediabanten.com).

Perdebatan panas soal serapan anggaran ini tertimpa perdebatan Berobat Gratis hanya menggunakan KTP yang tak kunjung terealisasi. Lalu ditimpa lagi soal pelaksanaan PPDB Online yang carut-marut. Belum usai PPDB Online, perdebatan panas Ketua Komisi V DPRD Banten Fitron Nur Ichsan dengan Gubernur WH soal Pendidikan Gratis dan dilanjutkan soal penyertaan modal kembali ke Bank Banten.

"Semua perdebatan itu tidak pernah dapat dijawab dengan memuaskan oleh Gubernur WH. WH tampaknya tak peduli dengan suara-suara yang timbul di masyarakat. Sudah banyak suara yang menyebutkan WH bertindak semaunya saja. Istilah orang Serang Merekedeweng. Alias mau-maunya sendiri," kata Firman.

 Salah satunya, karena perilaku itulah, maka para Aktivis dan LSM di Banten kemudian memulai gerakan #2019GantiGubernur. (g)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun