.
.
Kucing adalah binatang yang lucu, imut, namun kadang nakal. Pertama kali memelihara mereka adalah saat seekor induk kucing melahirkan anak-anaknya di atas langit-langit rumah.Â
Entah muka atau perangai yang membuat induk kucing tersebut mau menuruti perintah saya untuk membawa anak-anaknya turun ke bawah (turun dari langit-langit rumah), yang jelas sejak saat itu ganti berganti kucing menjadi bagian dari keluarga.
Banyak cerita lucu dan menyenangkan tentang mereka. Saat bertingkah layaknya foto model di depan kamera, ikut membaca, atau sekedar bermanja. Namun tak sedikit kisah duka hadir dalam perjalanan waktu.Â
Ada yang sakit, kena racun (karena memakan makanan yang diberi racun tikus), mati tertabrak kendaraan bermotor, dan ada pula yang pergi begitu saja tanpa pamit.
Saya sejak kecil memang menyukai binatang peliharaan. Pernah memelihara ayam kampung dan anjing membuat rasa peduli yang tinggi terhadap mereka, terutama kucing yang menjadi binatang peliharaan di rumah saat ini.Â
Akan tetapi kepedulian itu tidak hanya terhadap kucing yang ada di rumah, tetapi juga terhadap kucing-kucing lain yang dipunyai oleh tetangga, kawan, atau yang ada di warung dan mengeong ketika saya makan.
Adopsi kucing? Tentu saja sangat ingin, namun karena di rumah tidak hanya saya peribadi yang mempunyai keinginan, maka adopsi menjadi kata yang mandul, alias tidak bisa dilaksanakan, kecuali bila kucing tersebut adalah anak-anak dari kucing yang sudah terlebih dahulu sudah ada di rumah.Â
Rasa kecewa tentu saja muncul, namun karena harus win-win solution maka Adopsi kucing saya ganti dengan mengasihi mereka. Tak peduli kucing liar atau kucing tetangga, bila mereka datang dan meminta makan, pasti saya beri makanan kucing, baik berupa makanan kucing kemasan atau sepotong ikan/daging.
Bagian terbaik dari proses memelihara kucing adalah saat saya bisa memotret tingkah laku mereka. Baik dipotret apa adanya maupun diseting dengan menggunakan beberapa lampu tambahan agar berkesan kucing model.Â
Akan tetapi hal ini kerap membuat saya sedih, sebab banyak kucing-kucing yang telah saya abadikan dalam gambar/foto telah mati.Â
Ada yang tertabrak kendaraan, ada yang keracunan, ada juga yang tidak pulang selama beberapa hari dan ternyata ditemukan mati di sawah.
Kini sebagai penghibur kesedihan, beberapa foto "almarhum" saya masukkan ke dunia maya, entah itu media sosial ataupun media stok foto, berdampingan dengan foto mereka yang sampai saat ini masih hidup.
.
.
.
Jogja, 1 Maret 2021
djs
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H